> >

Filosofi Soto sebagai 'Unity in Diversoto' hingga Perlunya Mendunia lewat Gastrodiplomasi

Peristiwa | 10 Oktober 2021, 14:40 WIB
Ilustrasi: Filosofi Soto sebagai Unity in Diversoto hingga Mendunia Lewat Gastrodiplomasi (Sumber: Tribunnews.com)

Selain itu, Agus juga optimistis soto mampu menjadi gastrodiplomasi Indonesia di tingkat dunia.

Perlu diketahui, gastrodiplomasi adalah upaya membangun citra dan posisi suatu bangsa demi terciptanya reputasi tertentu melalui makanan.

Lebih lanjut, Agus menyatakan keragaman yang dimiliki soto akan berpotensi menjadi gastrodiplomasi Indonesia. Jika Thailand dikenal lewat makanan tom yam, maka soto adalah Indonesia.

"Keunikan soto Indonesia yang beraneka ragam bisa menjadi potensi gastrodiplomasi Indonesia di tingkat dunia. Jika sushi lekat dengan Jepang, pizza identik dengan Italia, kimchi diperjuangkan oleh Korea Selatan dan tom yam produk Thailand, maka soto adalah Indonesia," papar Agus.

Lulusan Ritsumeikan University Jepang ini juga menyatakan bahwa makanan sebagai elemen gastrodiplomasi menjadi kekuatan diplomasi yang tidak bisa diremehkan.

Hal itu disebabkan, makanan yang minim memiliki unsur politik. Sehingga kata Agus, makanan relatif bisa diterima oleh semua orang dari berbagai latar belakang budaya.

Makanan juga sudah lama dikenal sebagai kelengkapan pertemuan dan berbagai upacara baik formal maupun non formal.

Oleh karena itu gastrodiplomasi adalah diplomasi yang membumi yang penting dilaksanakan.

“Oleh karena itu tidak heran jika Presiden Soekarno memerintahkan penyusunan buku resep makanan Mustikarasa yang berisi resep-resep masakan khas Indonesia, sementara Presiden Jokowi konsisten menyajikan masakan khas Indonesia dalam setiap jamuan kenegaraan,” pungkas Agus Trihartono.

Sebelumnya, perlu diketahui soto dimasing-masing wilayah memiliki perbedaan mulai dari soto lamongan, soto betawi, soto bening solo, hinga coto makassar.

Soto Betawi identik dengan kuah santan dan disajikan dengan emping goreng. Sementara, soto lamongan disajikan dengan satu ciri khas, yaitu koya.

Baca Juga: Soto Ayam Rp 2 Ribu, Berjualan dan Berbagi untuk Warga Terdampak Pandemi

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU