Ini Evaluasi Epidemiolog untuk Satu Minggu PPKM Darurat: Masih Terjadi Peningkatan Kasus
Update corona | 11 Juli 2021, 17:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sudah lebih dari satu minggu sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa dan Bali diterapkan pada 3 Juli 2021, kasus Covid-19 di Indonesia masih juga meningkat.
Melihat kondisi tersebut, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman lantas memberikan beberapa catatan penting sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan PPKM Darurat.
Dicky menyebutkan, pertumbuhan kasus (growth rate) Covid-19 masih mengalami peningkatan dari 38,3 persen di awal pelaksanaan PPKM Darurat, menjadi 45,4 persen pada 9 Juli 2021.
Hal serupa juga terjadi pada angka reproduksi virus, yang meningkat dari 1,37 persen menjadi 1,4 persen.
"Artinya (PPKM Darurat) belum berhasil, karena untuk melihat evaluasi, keberhasilan intervensi ya dari dua ini terutama," kata Dicky, dikutip dari Kompas.com, Minggu (11/7/2021).
Baca Juga: PPKM Darurat, Begini Aturan Pelaksanaan Iduladha di Jawa Barat
Selain dua hal tersebut, Dicky juga melihat adanya peningkatan angka kematian selama tujuh hari terakhir, yang awalnya 219 per 1 juta penduduk menjadi 236 per 1 juta penduduk.
Sejalan dengan itu semua, kapasitas testing Covid-19 juga ikut mengalami peningkatan, dari 49,8 per 1.000 orang menjadi 52 per 1.000 orang.
"Ada sedikit peningkatan, tapi ini belum memadai. Bahkan jauh dari memadai, karena dilihat dari test positivity rate 3 Juli 24,1 persen, per 9 Juli hanya meningkat 26,6 persen," ungkap Dicky.
"Ini menandakan belum memadainya tes, masih belum bisa menjangkau dan menemukan kasus infeksi," imbuhnya.
Baca Juga: Langgar PPKM Darurat, Resepsi Pernikahan di Magelang Dihentikan Satgas Covid-19
Sementara itu, tingkat tes untuk setiap satu kasus positif (test positivity rate) yang awalnya berada di angka 4,1 tes turun menjadi 3,8 tes.
Artinya, Dicky menuturkan, test positivity rate Indonesia saat ini masih sangat tinggi, bahkan belum merata dan setara.
Jika dbandingkan dengan sejumlah negara tetangga, untuk menemukan satu kasus positif Covid-19, Malaysia perlu 12,1 tes, Vietnam 80 tes, Singapura 6.596 tes, dan Filipina 8,5 tes.
"Semakin banyak tes dilakukan untuk menemukan satu kasus positif, berarti semakin bagus dan terkendali. Untuk itu posisi kita masih kritis," jelas Dicky.
Menurut Dicky, data tersebut semestinya bisa menjadi pedoman pemerintah untuk mengatasi kondisi saat ini, supaya potensi ledakan kasus di akhir bulan ini dapat dicegah.
Dicky menekankan, pentingnya untuk mengoptimalkan esensi PKKM Darurat yang berupa penguatan 3T, vaksinasi, dan pembatasan.
Baca Juga: PT Equity Life Akhirnya Ngaku Melanggar PPKM Darurat Saat Disidak Anies
Karena kegagalan penguatan 3T (testing, tracing, dan treatment) dalam menemukan kasus secara dini dan cepat, menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia.
"Makanya 3T itu ditingkatkan, 500.000 (test) itu minimal dan secara merata. Saya lihat daerah ini belum semuanya memiliki komitmen," ujar Dicky.
"Kunjungan ke rumah-rumah juga penting untuk menemukan kasus infeksi di rumah-rumah di masyarakat, sehingga bisa cepat ditangani agar angka kematian bisa dikurangi," lanjutnya.
Dicky kembali menegaskan, testing merupakan tumpuan dalam menemukan dan menyelesaikan kasus serta potensi penularannya.
"Jangan takut menemukan kasus, karena kalau tidak ditemukan ya nanti tiba-tiba meningkat karena tidak bisa mengendalikan pandemi," ujarnya.
"Penerapan PPKM Darurat ini harus dilakukan secara maksimal, didukung semua pihak. Situasi ini sudah sangat kritis dan menuju semakin kritis," tandas Dicky.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV