Kapolda Metro Jaya Dicopot, IPW Menduga Bagian dari Persaingan Bursa Calon Kapolri
Peristiwa | 17 November 2020, 22:48 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane angkat bicara terkait langkah Kapolri Jenderal Pol Idham Azis yang mencopot Irjen Nana Sudjana dari jabatan Kapolda Metro Jaya.
Neta menduga pencopotan tersebut bukan tidak mungkin karena bagian dari persaingan bursa calon Kapolri.
Diketahui, Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis akan memasuki masa pensiun pada Januari 2021 mendatang. Nana Sudjana adalah salah satu nama yang digadang-gadang IPW bakal menjadi TB1.
Baca Juga: Selain Copot 2 Kapolda, Kapolri Idham Azis Ganti Kapolres Jakarta Pusat dan Kapolres Bogor
“Yang lebih mengkhawatirkan adalah Kapolda Metro ini sempat digadang-gadang sebagai calon kuat Kapolri. Apakah ini bagian dari persaingan untuk menjatuhkan?" kata Neta dikutip dari Tribunnews.com, Senin (16/11/2020).
Neta menegaskan, IPW melihat peristiwa pencopotan Kapolda Metro Jaya dari dua sisi. Pertama, pencopotan Irjen Nana Sudjana merupakan sanksi dari peraturan Kapolri tentang pelarangan pengumpulan massa.
“Di sisi lain, IPW melihat ini jangan-jangan bagian dari persaingan bursa calon Kapolri karena beliau ini 'Geng Solo' yang disebut-sebut calon kuat juga,” kata dia.
Neta kemudian menyinggung bahwa pihaknya pernah menyebutkan ada delapan jenderal, baik jenderal bintang dua maupun tiga yang berpeluang menjadi Kapolri.
Geng Solo
Baca Juga: Presiden Jokowi Perintah Kapolri, Panglima TNI & Satgas Covid-19 Tindak Tegas Pelanggar Prokes
Tak hanya Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, Kapolri Idham Azis juga mencopot Irjen Rudy Sufahradi Novianto sebagai Kapolda Jawa Barat.
Neta menilai kasus pencopotan Kapolda Jabar karena dianggap membiarkan kerumunan massa dalam acara habib Rizieq di Megamendung, Bogor, Jawa barat.
“Memang sejak berkembangnya pandemi Covid-19, Polri sudah bersikap mendua dalam menjaga protokol kesehatan," kata Neta.
"Padahal, kapolri telah mengeluarkan ketentuan agar jajaran polri bersikap tegas dalam menindak kegiatan masyarakat yg mengabaikan protokol kesehatan."
Baca Juga: Pencopotan Dua Kapolda, Pengamat: Kapolri Sudah Benar
Ia mencontohkan, ada beberapa kegiatan masyarakat yang dibubarkan polisi di sejumlah daerah karena menggelar pesta pernikahan dan sebagainya.
Sementara, dalam kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah tokoh atau dihadiri sejumlah tokoh yang berpengaruh, polisi tidak berani membubarkannya.
"Misalnya dalam Munas PBSI yang dipimpin Wantimpres Wiranto di Tangerang, acaranya tetap berlangsung tanpa dibubarkan polisi,” ujar Neta.
“Begitu juga dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Habib Rizieq sepulang ke Indonesia, polisi tak berdaya membubarkannya."
Baca Juga: Kompolnas Minta Polisi Tegas Tindak Pelanggar Protokol Kesehatan Covid-19, Tidak Boleh Ragu
Dari kasus tersebut, muncul opini di masyarakat bahwa polisi hanya berani pada masyarakat yang tidak punya pengaruh dan takut pada figur-figur yang berpengaruh.
"Apalagi dalam kasus Rizieq di mana massa dan pendukungnya cukup banyak, Polda Metro Jaya dan Kapolda Jabar sepertinya tidak mau ambil risiko dan membiarkannya," ujar Neta.
"Padahal apa yang dilakukan polisi itu bisa dinilai masyarakat sebagai tindakan "tajam ke atas tumpul ke bawa.”
Menurutnya, sikap polisi yang mendua itu tidak hanya mengganggu rasa keadilan public, tapi juga membiarkan klaster pandemi Covid-19 semakin berkembang luas.
Baca Juga: Kapolri Copot Kapolda Metro Jaya karena Tak Laksanakan Perintah Penegakan Protokol Kesehatan
Seharusnya, kata Neta, Polri dapat bersikap tegas pada semua pelanggar protokol kesehatan agar penyebaran pandemi Covid-19 bisa segera dikendalikan.
"Dengan adanya tindakan tegas kepada Kapolda Metro dan Kapolda Jabar ini diharapkan para Kapolda lain bisa bersikap tegas untuk menindak dan membubarkan aksi kerumunan massa di tengah pandemi Covid-19,” ujar Neta.
“Jika mereka tidak berani bersikap tegas, siap-siap mereka ditindak dan dibubarkan atasannya.”
Baca Juga: Kompolnas: Pencopotan Kapolda Metro dan Kapolda Jabar Bentuk Sanksi Tegas dari Kapolri Idham Azis
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV