Langka, Netanyahu Setuju Gencatan Senjata Israel dan Hizbullah, tapi Masih Masih Ada Keraguan
Kompas dunia | 25 November 2024, 21:40 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Sikap langka dilakukan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang dilaporkan menyetujui gencatan senjata Israel dan Hizbullah.
Menurut sumber yang dekat dengan permasalahan tersebut, Netanyahu pada prinsipnya telah setuju dengan kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Sikap Netanyahu tersebut diungkapkan terjadi setelah konsultasi keamanan dengan pejabat Israel, Minggu (24/11/2024) malam waktu setempat.
Baca Juga: Reaksi Presiden Filipina Marcos Jr usai Diancam Dibunuh Wapres Sara Duterte: Saya Akan Melawannya
Dikutip dari CNN International, Israel masih memiliki keraguan di beberapa rincian kesepakatan tersebut, yang diperkirakan akan disampaikan ke Pemerintah Lebanon, Senin (25/11/2024).
Rinican tersebut masih dinegosiasikan dan berbagai sumber menekankan bahwa perjanjian itu tak akan final hingga semua masalah diselesaikan.
Kesepakatan gencatan senjata juga masih harus disetujui oleh kabinet Israel, yang hingga saat ini belum menunjukkan hal terseut.
Sumber yang mengetahui negosiasi itu mengatakan pembicaraan agar kesepakatan tercapai sudah berjalan maju.
Namun mereka mengatakan, ketika Israel dan Hizbullah terus saling tembak, satu kesalahan saja dapat menggagalkan perundingan.
Sikap Netanyahu itu sendiri cukup langka, mengingat hingga kini ia tak juga mundur dari ketegasannya untuk tak juga melakukan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza.
Utusan Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein mengatakan pada pekan lalu bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon, berada dalam jangkauan mereka.
Tetapi, ia menambahkan bahwa hal tersebut pada akhirnya merupakan keputusan semua pihak.
Pada pekan lalu, Hochstein telah bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mkati dan parlemen Lebanon Nabih Berri.
Baca Juga: Netanyahu Respons Rabi Israel yang Hilang di UEA Ditemukan Tewas Dibunuh
Ia mengatakan telah terjadi diskusi yang konstruktif dan sangat baik untuk mempersempit kesenjangan.
“Kita mempunyai peluang nyata untuk mengakhiri konflik. Jendelanya sekarang,” kata Hochstein.
Ia berangkat dari Lebanon ke Israel pada Rabu (20/11/2024), untuk mencoba menyelesaikan perundingan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : CNN International