Kim Jong-Un Sinis atas Pertemuan Pertamanya dengan Donald Trump, Hubungan Bromance Hancur?
Kompas dunia | 23 November 2024, 16:05 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sinis menanggapi pertemuan pertamanya dengan Donald Trump.
Keduanya sempat bertemu pada periode pertama kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih itu, dalam negosiasi terkait senjata nuklir Korea Utara.
Keduanya bertemu tiga kali di Singapura, Vietnam dan di zona demiliterisasi, yang merupakan perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Baca Juga: Tentara Korea Utara Bantu Rusia, Putin Disebut Beri Kim Jong-Un Sistem Pertahanan Udara dan Minyak
Trump kerap menampilkan bahwa dirinya memiliki hubungan bromance dengan Kim Jong-un.
Bahkan ia pernah mengatakan kerap berkirim surat dengan pemimpin dari negara tertutup tersebut.
Namun, pernyataan Kim Jong-un menepis hubungan mesra tersebut, sekaligus menjadi pernyataan pertama pemimpin Korea Utara itu setelah Trump terpilih kembali menadi Presiden AS.
“Kami telah melakukan segala upaya dalam negosiasi dengan AS, dan yang pasti dari hasilnya adalah, kebijakan invasif dan permusuhan yang tak berubah terhadap Korea Utara,” kata Kim Jong-un, Kamis (21/11/2024) dikutip dari Anadolu Agency.
Ia menuduh AS memperkuat aliansi militer dan mengerahkan senjata strategis yang menargetkan Pyongyang.
Selain itu, juga meningkatkan tekanan militer dan provokasi secara ekstrem terhadap Korea Utara.
“Mengingat kenyataan ini, (Korea Utara) menyadari setiap hari dan setiap jam bahwa mencapai kemampuan militer paling kuat adalah satu-satunya cara untuk menjaga perdamaian dan memberikan jaminan keamanan dan pembangunan yang kuat,” tuturnya.
Kim Jong-un pun menekankan bahwa Pyongyang tak akan berkompromi terhadap keamanan negara.
Baca Juga: Keluarga Ini Adakan Upacara Pemakaman untuk Mobil Kesayangan, Rela Keluarkan Kocek Rp71 Juta
Selama empat tahun terakhir setelah Trump lengser dalam pemilihan Presiden AS pada 2020, Korea Utara semakin memiliki hubungan erat dengan Rusia, menandatangani pakta militer pada Juni.
Pada pakta tersebut mengharuskan Moskow dan Pyongyang untuk memberikan bantuan militer jika terjadi serangan oleh pihak ketiga.
Korea Utara dituduh telah mengirim ribuan tentaranya ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu Agency