> >

Pertempuran Terbaru di Sudan: Khartoum Terancam, Wabah Kolera Mematikan Terus Menyebar

Kompas dunia | 27 September 2024, 02:05 WIB
Peta Sudan. Sudan dilanda wabah kolera yang telah menewaskan ratusan orang dan menginfeksi ratusan lainnya dalam beberapa minggu terakhir. (Sumber: AP Graphics)

KAIRO, KOMPAS.TV — Pertempuran terbaru kembali mengguncang ibu kota Sudan, Khartoum, Kamis (26/9/2024). Pertempuran terjadi di tengah meningkatnya jumlah korban tewas akibat wabah kolera yang semakin memburuk di negara itu, menurut laporan dari pejabat kesehatan dan media Sudan.

Militer Sudan meluncurkan operasi pada Kamis dini hari dengan tujuan mengambil alih wilayah-wilayah di Khartoum yang selama ini dikuasai oleh musuh mereka, kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Media Sudan melaporkan adanya peningkatan pergerakan militer dan serangan udara di distrik-distrik Khartoum dan Omdurman, yang disebut sebagai yang paling intens dalam beberapa bulan terakhir.

Juru bicara militer mengonfirmasi bahwa operasi sedang berlangsung, tetapi menolak memberikan komentar lebih lanjut. Eskalasi ini terjadi saat Kepala Militer Sudan, Jenderal Abdel-Fattah Burhan, diperkirakan akan memberikan pidato di Sidang Umum PBB pada Kamis.

Selama beberapa bulan terakhir, pertempuran paling sengit terjadi di kota El Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara. Pasukan RSF telah mengepung kota ini sejak Mei. Pada Kamis, Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Türk melaporkan bahwa penembakan artileri di sebuah pasar di El Fasher telah menewaskan sedikitnya 20 warga sipil pada 20 dan 21 September.

Baca Juga: Wabah Kolera Sudan Tewaskan Lebih dari 430 Orang di Tengah Perang Sipil yang Terus Berkecamuk

Seorang perempuan berjalan melewati banjir dekat rumahnya di kota Abu Hamdan di Sudan Utara 7 Agustus 2024. Sudan dilanda wabah kolera yang telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan menginfeksi ratusan lainnya dalam beberapa minggu terakhir (Sumber: AP Photo )

Wabah Kolera Mematikan

Di sisi lain, jumlah korban tewas akibat wabah kolera di Sudan melonjak hampir 100 orang atau sekitar 20% hanya dalam dua hari, kata Kementerian Kesehatan Sudan pada Rabu. Ini adalah sinyal yang mengkhawatirkan bahwa penyakit ini semakin cepat menyebar. Sejak awal musim hujan dua bulan lalu, total korban tewas akibat kolera telah mencapai 473 orang, menurut pejabat kesehatan.

Dalam pembaruan yang dirilis di Facebook pada Rabu, Kementerian Kesehatan Federal Sudan melaporkan adanya 14.944 kasus kolera di 10 negara bagian, dengan 386 kasus baru. Sebanyak enam orang tewas pada Selasa saja, tersebar di enam negara bagian.

Sebagian besar kasus kolera dilaporkan terjadi di Kassala, di mana UNICEF bekerja sama dengan kementerian dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan putaran kedua kampanye vaksinasi kolera oral yang dimulai pekan lalu. UNICEF telah mengirimkan 404.000 dosis vaksin ke Sudan pada 9 September, dengan lebih banyak kampanye vaksinasi yang akan diluncurkan di negara-negara bagian lainnya yang terdampak.

Kolera pertama kali diumumkan sebagai wabah oleh Kementerian Kesehatan pada 12 Agustus setelah gelombang baru kasus mulai muncul sejak 22 Juli. Penyakit ini menyebar di daerah-daerah yang hancur akibat hujan deras dan banjir baru-baru ini, terutama di wilayah timur Sudan yang menampung jutaan orang yang mengungsi akibat konflik antara militer Sudan dan RSF.

Baca Juga: Sudan Tuduh UEA Pasok Senjata ke RSF, Begini Respons Abu Dhabi

Tentara Sudan dari unit Rapid Support Forces yang dipimpin Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, deputi kepala dewan militer, berada di Provinsi Nil Timur, Sudan, 22 Juni 2019. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

Penyakit Menyebar akibat Kondisi Perang

Kolera adalah penyakit menular yang menyebabkan diare berat, mengarah pada dehidrasi parah, dan bisa berakibat fatal jika tidak segera diobati, menurut WHO. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.

Lebih dari 900 daerah di 11 negara bagian telah terdampak oleh kolera antara Juni dan 24 September, dengan negara bagian utara menjadi yang paling terdampak, menurut Kementerian Kesehatan.

Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, UNICEF memperingatkan bahwa sekitar 3,4 juta anak-anak di bawah usia lima tahun berisiko tinggi terkena penyakit epidemi.

Perang di Sudan menciptakan kondisi lingkungan yang rentan terhadap penyebaran penyakit, yang memengaruhi jutaan orang yang sudah mengalami ketidakamanan pangan dan pengungsian. Negara ini jatuh ke dalam perang pada April 2023 setelah ketegangan antara militer dan kelompok paramiliter RSF semakin memuncak.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU