Capres AS Kamala Harris Tegaskan Tidak Akan Ada Embargo Senjata untuk Israel
Kompas dunia | 30 Agustus 2024, 19:42 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Capres Amerika Serikat (AS) yang juga Wakil Presiden petahana AS Kamala Harris, menegaskan ia tidak akan memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, meskipun negara itu terus melancarkan perang dan serangan brutal di Jalur Gaza yang terkepung, Kamis (29/8/2024). Berbagai media AS melaporkan hal ini, Jumat (30/8).
"Saya teguh dan tidak tergoyahkan dalam komitmen saya bagi pertahanan Israel dan kemampuannya untuk mempertahankan diri, dan itu tidak akan berubah," ujar Harris dalam wawancara pertamanya sejak menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.
"Hari ini, saya katakan, Israel punya hak untuk mempertahankan diri. Cara mereka melakukannya pun penting," tutur Kamala.
Ketika ditekan apakah dia akan mendukung perubahan kebijakan AS yang memengaruhi bantuan militer, Harris dengan tegas menjawab, "Tidak."
Harris juga mengakui "terlalu banyak warga sipil Palestina yang tak bersalah telah terbunuh," merujuk pada jumlah korban tewas di Gaza yang telah melebihi 40.000, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Angka kematian yang sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi karena banyak jenazah yang masih terperangkap di puing-puing akibat pengeboman Israel.
Baca Juga: "Muslim Women for Harris-Walz" Tarik Dukungan dari Kamala Harris di Pilpres, Ini Penyebabnya
Lebih dari 92.740 warga Palestina lainnya terluka selama perang yang kini memasuki bulan ke-10, menurut data resmi.
Hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi.
"Kita harus mencapai kesepakatan. Kita berada di Doha. Kita harus menyelesaikan kesepakatan ini. Perang ini harus diakhiri, dan kita harus mencapai kesepakatan yang mencakup pembebasan sandera. Saya telah bertemu dengan keluarga para sandera Amerika. Mari bebaskan para sandera. Mari kita selesaikan gencatan senjata ini," katanya.
"Kesepakatan ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan guna mengakhiri perang, tetapi juga akan membuka banyak hal yang harus terjadi selanjutnya. Sejak 8 Oktober, saya tetap berkomitmen untuk bekerja menuju solusi dua negara di mana Israel aman, dan dengan proporsi yang sama, Palestina memiliki keamanan, hak menentukan nasib sendiri, dan martabat," tambahnya.
Israel terus melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan sekitar 1.139 orang. Sekitar 250 orang lainnya dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera. Lebih dari 100 sandera masih berada di sana.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di Kota Rafah, Gaza selatan. Namun, perintah itu tidak diindahkan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu