Fatah dan Hamas Segera Bertemu di Rusia, Akan Bahas Pemerintahan Persatuan Palestina
Kompas dunia | 29 Februari 2024, 00:05 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Faksi-faksi Palestina akan menghadiri KTT di Moskow akhir pekan ini, termasuk Fatah dan Hamas, berencana untuk membahas prospek pembentukan pemerintahan persatuan dan rekonstruksi Jalur Gaza pascakonflik.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dubes Palestina untuk Rusia, Abdel Hafiz Nofal, kepada kantor berita Rusia Sputnik, Rabu (28/2/2024).
Rusia akan menjadi tuan rumah pertemuan antar-Palestina di Moskow mulai Kamis hingga Sabtu, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov kepada Sputnik.
"Kami akan membahas pembentukan pemerintahan baru. Ini adalah masalah teknis, bukan politik. Gaza memerlukan konferensi internasional, pembangunan kembali, dan pendanaan yang besar, sehingga memerlukan kabinet baru untuk ini. Itulah yang akan kami lakukan," kata Nofal.
Berbagai pihak akan mengevaluasi peluang ini di Moskow terlebih dahulu, kemudian melihat peluang untuk bersatu dan menghentikan perang, lanjutnya.
Diplomat tersebut mengatakan kedua gerakan Palestina harus menemukan landasan politik yang sama selama perundingan dan berterima kasih kepada Moskow karena menjadi tuan rumah pertemuan tersebut di "masa yang sulit". Perundingan juga akan difokuskan pada masalah kemanusiaan di Jalur Gaza, tambahnya.
"Pertama, kami ingin menghentikan perang, dan kedua, lebih banyak bantuan internasional masuk ke Gaza. Ada lebih dari 2 juta orang di Gaza, mereka membutuhkan 500 truk bantuan kemanusiaan setiap hari. Sejauh ini, jumlah maksimumnya baru di angka 100. Itu tidak cukup," kata Nofal.
Baca Juga: Proposal Ambisius Mesir Akhiri Perang Israel di Jalur Gaza, Sarankan Hamas dan Fatah Bersatu
Sang Duta Besar Palestina juga menyerukan kerja sama menuju penyelesaian pasca-konflik di Jalur Gaza, dan memperkirakan penyelesaian tersebut akan membutuhkan dana sebesar 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp314,5 triliun dalam jangka waktu lima tahun.
"Pembicaraan normal harus dimulai di arena internasional dan menemukan bahasa yang sama mengenai prinsip dua negara yang dibicarakan semua orang," tutur Nofal.
Sebelumnya, pada 7 Oktober 2023, gerakan Palestina Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dari Gaza dan melanggar perbatasan, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina dengan tujuan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Sedikitnya ada 29.700 orang telah terbunuh sejauh ini di Jalur Gaza, kata pemerintah setempat.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara, pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Sputnik