Israel Bunuh Warga Sipil Palestina dengan Klaim Serang Teroris, Saksi: Ada yang Masih Pakai Piyama
Kompas dunia | 18 Januari 2024, 08:23 WIBJENIN, KOMPAS.TV - Israel dituduh bunuh warga sipil Palestina, meski mereka mengeklaim telah menyerang teroris di Tepi Barat.
Namun, saksi menegaskan bahwa warga sipil Palestina yang diserang Israel tak memiliki hubungan dan bukan ancaman bagi Israel.
Bahkan saksi mengatakan korban ada yang hanya mengandalkan sendal dan masih memakai piyama.
Tujuh orang, empat di antaranya bersaudara terbunuh dalam serangan udara Israel pada 7 Januari lalu, ketika mereka tengah duduk di sekitar api unggun di jalanan di Desa Al-Shuhada, sekitar 10km dari Jenin.
Baca Juga: Pasukan Israel Hancurkan Pemakaman dan Keluarkan Jenazah Membusuk di Khan Younis
Dikutip dari BBC, Rabu (17/1/2023), pihak keluarga korban, saksi dan paramedis berbicara mengenai insiden tersebut.
Mereka semua memberikan bukti kuat bahwa para pria yang terbunuh bukan bagian dari kelompok militan bersenjata.
Selain itu, tak ada keributan dengan pasukan Israel di lokasi kejadian pada saat itu.
Paramedis yang tiba saat itu, Khalid al-Ahmad yakin bahwa para pria tersebut tak melakukan hal yang salah. “Salah satu dari mereka bahkan memakai sandal dan piyama,” katanya.
“Coba Anda pikir, seseorang yang ingin melawan (penjajahan Israel) setidaknya menggunakan sepatu yang pantas,” katanya.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sendiri menegaskan serangan yang dilakukan dini hari di kamp pengungsi Jenin itu berhubungan dengan terbunuhnya tentara perempuan.
IDF sendiri mengarahkan ke pernyataan yang dirilis setelah kejadian.
Pada pernyataannya mereka mengatakan bahwa saat operasi itu dilakukan, sebuah pesawat menyerang pasukan teroris yang melemparkan bahan peledak ke pasukan yang beroperasi di daerah tersebut.
Rekaman dari IDF dan kamera CCTV di dekatnya tak menunjukkan bukti jelas adanya konfrontasi dengan warga Palestina di Al-Shuhada pada saat serangan terjadi.
Keempat bersaudara, Alaa, Hazza, Ahmad dan Rami Darweesh, berusia antara 22 hingga 29 tahun. Mereka emigran Palestina yang kembali dari Yordania beberapa tahun sebelumnya bersama ibu, dan lima saudara kandungnya.
Mereka memiliki izin Israel, yang memungkinkan mereka menyeberang ke Israel untuk melakukan pekerjaan pertanian setiap haru.
Izin-izin ini seringkali sulit diperoleh dan dengan cepat dicabut dari siapa pun yang dianggap Israel sebagai ancaman keamanan, atau terkait dengan seseorang yang dianggap sebagai ancaman keamanan.
Hal itu membuat klaim Israel bahwa mereka sebagai teroris sebagai hal yang tak masuk akal.
Khalid juga mengatakan bahwa tidak ada senjata atau peledak di sekitar kejadian, karena ia terbiasa memindai lokasi kejadian untuk senjata dan peledak sebagai rutinitas keamanan dasar.
“Saya akan bisa mengatakan ke Anda jika memang ada senjata. Namun sejujurnya, mereka hanya warga sipil,” tuturnya.
“Tak ada hubungan dengan perlawanan. Tak ada peluru, senjata dan kemunculan orang Israel,” ujarnya.
Kelompok perlawanan Palestina, yang biasanya cepat bereaksi ketika anggota terbunuh oleh tentara Israel, tak bersuara mengenai kematian ketujuh orang ini.
Baca Juga: Hamas dan Israel Sepakati Pengiriman Obat: 1 Kotak untuk Sandera Hamas, 1.000 Kotak untuk Warga Gaza
Tak ada pernyataan yang menggambarkan mereka sebagai martir atas kematian mereka.
Tetangga dan kerabat mereka juga mengatakan bahwa pria-pria tersebut tak memiliki hubungan kelompok perlawanan.
“Mereka tak bersenjata, mereka bukan pejuang,” kata Kepala Rumah Sakit Jenin, Wissam Bakr.
“Biasanya, sangat jelas jika mereka pejuang dari salah satu kelompok militant. Ketujuh orang ini? Tidak, tidak itu yang pasti. Mereka semua warga sipil,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC