Gempuran Rudal Rusia Terhadap Odessa Masuk Hari Keempat, Hantam Fasilitas Penyimpanan Ternak
Kompas dunia | 22 Juli 2023, 02:05 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Memasuki hari keempat, Rusia melanjutkan gempuran rudal. Sebelumnya Rusia menghajar infrastruktur pelabuhan dan kini menyasar bangunan penyimpanan peternakan di wilayah Odessa, Ukraina.
Sebelumnya Rusia juga mencabut kesepakatan ekspor gandum melalui Laut Hitam dan memberlakukan blokade Laut Hitam.
Rudal Rusia lainnya merusak apa yang dijelaskan pejabat hanya sebagai "fasilitas infrastruktur penting" di sebelah barat daya kota pelabuhan Odessa, yang menurut media barat bertujuan untuk melumpuhkan ekspor makanan Ukraina, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (21/7/2023).
Moskow menyatakan telah melakukan "serangan balasan" sepanjang minggu ini setelah keluar dari kesepakatan ekspor gandum Laut Hitam. Rusia menggambarkan serangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina terhadap jembatan buatan Rusia menuju Crimea, semenanjung Laut Hitam yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014.
Rusia menyatakan, mulai Kamis mereka akan menganggap semua kapal yang menuju perairan Ukraina berpotensi membawa senjata. Oleh Washington sikap ini dianggap sebagai isyarat bahwa Rusia mungkin menyerang kapal-kapal sipil. Kiev kemudian merespons dengan memberikan peringatan serupa terhadap kapal-kapal yang menuju Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan armada Laut Hitam mereka telah berlatih menembakkan roket pada "sasaran terapung" dan menangkap kapal. Duta besar Moskow untuk Washington membantah rencana untuk menyerang kapal-kapal tersebut seperti yang dilaporkan oleh Straits Times, Jumat (21/7/2023).
Serangan dalam beberapa hari terakhir membuat Odessa menjadi sasaran Rusia setelah Moskow meninggalkan kesepakatan perang yang memungkinkan Ukraina mengirimkan gandum melalui pelabuhan utama di Laut Hitam.
Dalam serangan terhadap situs penyimpanan, dua rudal jelajah yang terbang rendah menyebabkan kebakaran, dan kemudian rudal lain menghantam selama upaya pemadaman kebakaran, demikian yang dijelaskan oleh Gubernur Wilayah Odessa, Oleg Kiper. Serangan tersebut melukai dua orang, merusak peralatan, dan menghancurkan 100 ton metrik kacang polong dan 20 ton metrik barley, tambah Kiper.
Baca Juga: Afrika Terancam Kelaparan, Semakin Buruk Karena Tak Dapat Pasokan Makanan dari Ukraina
Rusia menargetkan infrastruktur ekspor gandum kritis Ukraina sebagai bentuk balas dendam atas apa yang diklaimnya sebagai serangan Ukraina yang merusak jembatan penting antara Rusia dan Semenanjung Krimea.
"Musuh terus melakukan teror, dan ini jelas terkait dengan perjanjian gandum," kata Natalia Humeniuk, juru bicara Komando Operasional Militer Ukraina Wilayah Selatan.
Baik Rusia maupun Ukraina mengumumkan mereka akan menganggap kapal-kapal yang menuju pelabuhan Laut Hitam masing-masing sebagai target militer potensial.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin, mengklarifikasi pengumuman Kementerian Pertahanan awal minggu ini bahwa Moskow menyatakan area luas di Laut Hitam berbahaya untuk pelayaran. Kementerian tersebut menyatakan akan menganggap kapal-kapal yang datang sebagai bermuatan senjata dan menganggap negara benderanya sebagai pihak yang terlibat dalam konflik di pihak Ukraina.
Vershinin mengatakan angkatan laut Rusia akan memeriksa kapal-kapal tersebut untuk memastikan mereka tidak membawa muatan militer sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
"Tidak ada lagi koridor kemanusiaan laut, adanya zona bahaya militer yang ditingkatkan," ujarnya dalam konferensi pers.
Vershinin menambahkan Rusia akan memenuhi kebutuhan negara-negara Afrika meskipun kesepakatan tersebut berakhir. Presiden Vladimir Putin berjanji untuk menyediakan gandum gratis bagi negara-negara miskin di Afrika.
Baca Juga: AS Pastikan Bom Tandan yang Dikirim ke Ukraina Telah Digunakan, Berfungsi Efektif
Institut untuk Studi Perang, sebuah lembaga pemikir berbasis di Washington, menyatakan serangan baru-baru ini terhadap infrastruktur pelabuhan dan gandum serta ancaman eskalasi di laut "mungkin merupakan bagian dari upaya Kremlin untuk memanfaatkan keluarnya Rusia dari Inisiatif Gandum Laut Hitam dan mencari konsesi yang luas dari Barat."
Di Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan negara-negara Barat harus mengatasi tuntutan Rusia untuk mengembalikan koridor gandum Laut Hitam.
"Rusia memiliki beberapa keinginan. Jika ini dapat diatasi, Rusia mendukung kembali koridor gandum ini," kata Erdogan, yang membantu menegosiasikan kesepakatan tersebut. "Kami tahu (Putin) memiliki beberapa harapan dari negara-negara Barat. Negara-negara Barat perlu bertindak dalam masalah ini."
Dia mengulangi dirinya akan berbicara dengan Putin melalui telepon dan berharap dapat bertemu dengannya di Turki bulan depan.
Dalam komentarnya yang dilaporkan oleh agen berita resmi Anadolu dan media lainnya, Erdogan memperingatkan berakhirnya inisiatif gandum akan meningkatkan harga makanan secara global, meningkatkan kelaparan, dan memicu gelombang migrasi baru.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan laut telah melakukan latihan yang menyimulasikan tindakan untuk menutup sebagian dari Laut Hitam. Dalam manuver tersebut, sebuah kapal rudal menembakkan rudal jelajah anti-kapal pada target tiruan.
Kementerian tersebut juga mengatakan telah menembakkan senjata laut jarak jauh pada fasilitas-fasilitas "yang digunakan untuk persiapan serangan teroris terhadap Federasi Rusia dengan melibatkan drone," dan menambahkan "semua target yang ditentukan telah terkena." Namun, Kementerian Pertahanan Rusia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press / Straits Times