Pengadilan Belanda Putuskan Larang Seorang Laki-Laki Jadi Donor Sperma, soalnya Sudah Punya 550 Anak
Kompas dunia | 29 April 2023, 14:37 WIBDEN HAAG, KOMPAS.TV - Pengadilan di Belanda hari Jumat (28/4/2023) memerintahkan seorang laki-laki berhenti menyumbangkan spermanya lagi setelah dia diduga punya 550 anak di seluruh dunia lewat cara itu.
Laki-laki berusia 41 tahun tersebut diidentifikasi di media Belanda bernama Jonathan Meijer. Dia diseret ke pengadilan Belanda oleh Yayasan Donorkind, yayasan yang melindungi hak anak-anak donor, dan ibu dari salah satu anak yang diduga berasal dari spermanya.
Yayasan tersebut menggarisbawahi risiko inses atau perkawinan sedarah yang berasal dari donasi sperma yang masif dan tidak terkendali. Berdasarkan peraturan di Belanda, seorang laki-laki hanya boleh mendonasikan sperma untuk kelahiran 25 bayi atau hanya untuk 12 keluarga.
Sementara, hakim mengatakan Jonathan Jacob Meijer membantu menghasilkan antara 550 dan 600 anak sejak dia memulai sebagai donor sperma pada 2007.
"Oleh karena itu, pengadilan melarang terdakwa menyumbangkan spermanya kepada calon orang tua baru setelah putusan ini dikeluarkan," kata hakim Thera Hesselink, dikutip dari El Pais Spanyol, Jumat (28/4/2023).
"Jonathan M juga tidak boleh menghubungi calon orang tua mana pun dengan maksud dia bersedia menyumbangkan sperma, mengiklankan jasanya kepada calon orang tua atau bergabung dengan organisasi apa pun yang menjalin kontak antara calon orang tua," kata Hesselink dalam putusan tertulis.
Hakim juga memerintahkan penghancuran spermanya yang tersimpan di klinik kesuburan, kecuali untuk keluarga yang sudah punya anak dan ingin memberi saudara kandung.
Baca Juga: Miliki 550 Anak di Seluruh Dunia, Donor Sperma asal Belanda Digugat ke Pengadilan
Jika melanjutkan aksinya, Jonathan bisa menghadapi denda 100.000 euro atau setara Rp1,6 miliar untuk setiap pelanggaran. Lebih dari 100 anak-anak Jonathan Meijer lahir di klinik Belanda dan lainnya secara pribadi.
Ibu dari salah satu anak dalam kasus pengadilan, yang diidentifikasi hanya sebagai Eva, mengatakan, dia bersyukur pengadilan memutuskan menghentikan laki-laki itu dari "sumbangan massal yang [telah] menyebar seperti kebakaran ke negara lain".
“Saya meminta pendonor menghormati kepentingan kami dan menerima putusan, karena anak-anak kami layak untuk tidak diusik,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan The Guardian, Jumat (28/4/2023).
Tetapi, dia kedapatan menyumbangkan sperma ke klinik Denmark bernama Cryos, yang kemudian mengirimkan benihnya ke alamat pribadi di berbagai negara.
"Pendonor sengaja memberi informasi yang salah kepada calon orang tua tentang jumlah anak yang dia miliki di masa lalu," kata Pengadilan Distrik Den Haag dalam pernyataan terpisah.
"Semua orang tua ini sekarang dihadapkan pada kenyataan, anak-anak mereka adalah bagian dari jaringan kekerabatan yang besar, dengan ratusan saudara tiri, yang tidak mereka pilih," ungkap mereka.
Pengadilan Belanda menganggap cukup masuk akal hal ini memiliki atau dapat menimbulkan konsekuensi psikososial negatif bagi anak-anak.
Baca Juga: Kontroversial, Miliuner China Bakal Lelang Sperma Pria yang Tak Divaksin Covid-19
"Oleh karena itu, demi kepentingan mereka, jaringan kekerabatan ini tidak diperpanjang lagi," kata pernyataan itu. Kasus ini adalah yang terbaru dari serangkaian skandal kesuburan yang melanda Belanda.
“Saya tidak percaya pada evolusi, tetapi pada penciptaan,” kata Jonathan bulan April, selama persidangan cepat yang membawanya ke pengadilan.
Ketika para hakim bertanya kepadanya apakah dia pernah mengukur rasa sakit yang dapat dia timbulkan pada begitu banyak anak, dan ketidakmungkinan bagi mereka dari berbagai sudut pandang untuk menjalin ikatan persaudaraan, dia menjawab, “Itu tergantung pada orang tua. Kami berurusan dengan konsep baru, dan terserah kami, orang dewasa, untuk membentuknya. ”
Baik sang ibu maupun Donorkind menyebut tindakannya sebagai "eksperimen sosial yang aneh dan harus segera diakhiri".
Dalam pembelaannya, Jonathan Meijer menyesalkan dirinya digambarkan sebagai "banteng gila", dan berpendapat orang punya kendali atas tubuh mereka. Oleh karena itu, memaksakan hak veto terhadapnya sama dengan “upaya pengebirian kimia”, dalam kata-kata pengacaranya, Richard van der Zwan.
Pada 2020, seorang ginekolog yang meninggal dituduh menjadi ayah dari setidaknya 17 anak dengan perempuan yang mengira mereka menerima sperma dari donor anonim.
Sementara, pada tahun sebelumnya, pada 2019, terungkap seorang dokter Rotterdam menjadi ayah dari setidaknya 49 anak saat melakukan inseminasi pada perempuan yang mencari pengobatan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Guardian/El Pais/New York Post