Perebutan Kekuasaan Tentara Sudan dan Paramiliter di Ibu Kota, Korban Tewas Capai 25 Orang
Kompas dunia | 16 April 2023, 06:56 WIBKHARTOUM, KOMPAS.TV - Perebutan kekuasaan di Sudan yang menyebabkan pertempuran antara tentara Sudan dan paramiliter di Ibu Kota Khartoum.
Pertempuran tersebut dilaporkan menimbulkan korban tewas mencapai 25 orang dan ratusan lainnya cedera.
Insiden yang terjadi pada Sabtu (15/4/2023) kemarin, membuat warga harus berlindung dari desingan peluru.
Salah satu pertempuran sengit terjadi di Istana Kepresidenan, Stasun TV negara dan markas besar militer.
Baca Juga: Paramiliter Sudan Bertempur Lawan Militer di Ibu Kota, Klaim Rebut Istana Presiden
Pertempuran terjadi setelah tensi meningkat saat ada usulan transisi ke pemerintahan sipil.
Baik tentara maupun lawannya, Pasukan Pendukung Cepat (RSF), mengatakan mereka mengendalikan tempat-tempat penting seperti bandara.
Pertempuran pun berlanjut hingga malam, dan kekerasan terjadi di sejumlah wilayah, termasuk di Darfur.
Dikutip dari BBC, Serikat Dokter Sudan mengungkapkan setidaknya 25 orang terbunuh dan 183 orang lainnya terluka karena kekerasan.
Sebelumnya, serikat tersebut mengungkapkan tiga warga sipil dikonfirmasi telah tewas.
Sementara itu jurnalis Washington Post mengutip PBB, melaporkan 30 orang tewas dan hampir 400 orang terluka.
Banyak orang terekam sedang melarikan diri dan mencari perlindungan, saat asap hitam membumbung di Khartoum saat kekerasan berlanjut.
Kendaraan lapis baja dilaporkan berkeliaran di jalan, dan sebuah pesawat sipil terbakar di bandara Khartoum.
Maskapai Arab Saudi, Saudia mengungkapkan salah satu airbus-nya ditembaki.
Saudia dan EgyptAir telah menangguhkan penerbangan pesawatnya ke Khartoum dan Chad, yang memiliki perbatasan langsung dengan Sudan.
Seorang dokter yang mengunjungi keluarganya di Khartoum mengungkapkan apa yang sedang terjadi.
Baca Juga: Bucin, Pria Ini Berlutut 21 Jam di Depan Kantor Mantan Pacar demi Bisa Balikan
“Kami tak memiliki listrik. Sangat panas. Kami tak bisa membuka jendela, kebisingan memekakkan telinga,” ujarnya.
Saksi mata lainnya mengungkapkan apa yang terjadi melalui saudarinya yang tinggal di Kenya.
“Penembakan masih terjadi dan orang-orang bersembunyi di dalam ruangan. Ada banyak rasa takut dan kepanikan,” tuturnya.
Ia mengatakan warga tak mengira akan adanya bentrokan, dan banyak yang terperangkap saat mencoba pegi, dengan banyak jembatan dan jalan ditutup, begitu juga dengan sekolah-sekolah.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC