Annie Ernaux, Penerima Hadiah Nobel Kesusastraan, Penulis Fiksi yang Penuh Kisah Pribadi
Kompas dunia | 7 Oktober 2022, 13:37 WIBPARIS, KOMPAS.TV — Penulis Prancis Annie Ernaux hari Kamis, (6/10/2022) memenangkan Hadiah Nobel Kesusastraan atau Nobel Sastra tahun 2022 karena deretan karya briliannya yang memadukan fiksi dan otobiografi dalam buku-bukunya.
Penulis 82 tahun itu menulis tanpa rasa takut untuk menggali berbagai aspek kisah dan pergulatan pengalaman pribadi sebagai perempuan kelas pekerja, menjelajahi kehidupan di Prancis sejak 1940-an.
Associated Press, Jumat, (7/10/2022) membeberkan kisah Annie Ernaux dengan cukup panjang.
Dalam lebih dari 20 buku yang diterbitkan selama lima dekade, Annie Ernaux pemenang Nobel Kesusastraan 2022, itu mengupas dengan cantik namun penuh makna, pengalaman dan perasaan pribadi yang mendalam, soal cinta, seks, aborsi, rasa malu dalam masyarakat yang terbelah berdasarkan gender dan pembagian kelas.
Setelah setengah abad membela cita-cita kaum feminis, Ernaux mengatakan "tampaknya yang saya lihat, perempuan belum menjadi setara dalam kebebasan, kekuasaan," dan Ernaux sangat membela hak-hak perempuan untuk aborsi dan kontrasepsi.
"Saya akan berjuang sampai nafas terakhir saya sehingga perempuan dapat memilih untuk menjadi seorang ibu, atau tidak. Itu hak fundamental," katanya dalam sebuah konferensi pers di Paris.
Buku pertama Ernaux, "Cleaned Out," adalah tentang aborsi ilegalnya sendiri sebelum aborsi disahkan di Prancis.
Akademi di Swedia pemberi hadiah Nobel mengatakan Ernaux, diakui karena keberanian dan ketajaman klinis dari buku-buku yang ia tulis, yang berakar pada latar belakang kota kecilnya di wilayah Normandia di barat laut Prancis.
Baca Juga: Menjelang Acara Hadiah Nobel, ini 5 Hal Menarik dan Penting tentang Penghargaan Tersebut
Anders Olsson, ketua komite sastra Nobel, mengatakan Ernaux tidak takut untuk menghadapi kebenaran yang sulit.
Dia menulis tentang hal-hal yang tidak ditulis orang lain, misalnya aborsi, kecemburuannya, pengalamannya sebagai kekasih yang ditinggalkan dan sebagainya.
"Maksud saya, pengalaman yang sangat sulit," katanya kepada The Associated Press setelah pengumuman penghargaan di Stockholm.
"Dan dia memberikan kata-kata untuk pengalaman-pengalaman ini dengan sangat sederhana yang justru membuatnya mencolok. Itu adalah buku-buku pendek, tetapi mereka benar-benar mengharukan."
Presiden Prancis Emmanuel Macron mencuit, "Annie Ernaux menulis selama 50 tahun novel kenangan kolektif dan intim tentang negara kita. Suaranya adalah suara kebebasan perempuan, dan suara yang terlupakan di abad ini," cuitnya.
Sementara Macron memuji Ernaux untuk Nobelnya, Ernaux justeru tidak tanggung-tanggung mengecam Macron.
Sebagai pendukung gerakan sayap kiri untuk keadilan sosial, Ernaux mencemooh latar belakang Macron di bidang perbankan dan mengatakan masa jabatan pertamanya sebagai presiden yang gagal memajukan perjuangan perempuan Prancis.
Baca Juga: Lelang Medali Nobel Jurnalis Rusia untuk Anak Ukraina Laku 103,5 Juta Dolar AS, Pecahkan Rekor
Buku-buku Ernaux menyajikan potret tanpa kompromi dari momen-momen paling intim dalam hidup, termasuk hubungan seksual, penyakit, dan kematian orang tuanya. Olsson mengatakan bahwa karya Ernaux sering ditulis dalam bahasa sederhana, yang tergores dengan bersih.
Olsson mengatakan Ernaux menggunakan istilah "seorang ahli etnologi terhadap dirinya sendiri" daripada seorang penulis fiksi.
Dan Simon, penerbit lama Ernaux di Seven Stories Press, Amerika Serikat, mengatakan pada tahun-tahun awal, "dia (Ernaux) berkeras agar kami tidak mengkategorikan buku-bukunya sama sekali. Dia tidak mengizinkan kami menyebutnya sebagai fiksi dan dia tidak mengizinkan kami untuk merujuk buku-bukunya sebagai nonfiksi."
Pada akhirnya, katanya, Ernaux menciptakan "genre fiksi di mana tidak ada yang dibuat-buat (fiksi) di dalamnya."
"Dia pendongeng yang hebat tentang hidupnya sendiri," kata Simon.
Ernaux bekerja sebagai guru sebelum menjadi penulis penuh waktu. Buku pertamanya adalah "Les armoires vides" pada tahun 1974 (diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai "Cleaned Out").
Dua novel otobiografi lainnya menyusul, yaitu "Ce qu'ils disent ou rien" ("Apa yang Mereka Katakan Terjadi") dan "La femme gelée" ("Wanita Beku"), sebelum dia pindah ke buku otobiografi yang lebih terang-terangan.
Dalam buku yang menjulangkan namanya, "La place" ("A Man's Place"), diterbitkan pada tahun 1983 dan tentang hubungannya dengan ayahnya, dia menulis, "Tidak ada kenangan liris, tidak ada tampilan ironi yang penuh kemenangan. Gaya penulisan netral ini datang kepadaku secara alami."
Baca Juga: Ramos Horta, Presiden Timor Leste Peraih Nobel Perdamaian yang Kerap Hidup di Pengasingan
"La honte" ("Malu"), diterbitkan pada tahun 1997, mengeksplorasi trauma masa kanak-kanak, sementara "L'événement" ("Terjadi"), dari tahun 2000, ditangani seperti "Cleaned Out" bertutur tentang aborsi ilegal.
Bukunya yang paling kritis dan mendapat pujian adalah "Les années" ("Tahun-tahun"), yang diterbitkan tahun 2008.
Digambarkan oleh Olsson sebagai "otobiografi kolektif pertama," itu menggambarkan Ernaux sendiri dan masyarakat Prancis yang lebih luas dari akhir Perang Dunia II hingga abad ke-21.
Terjemahan bahasa Inggrisnya menjadi finalis untuk International Booker Prize tahun 2019.
Ernaux's "Mémoire de fille" ("A Girl's Story"), dari 2016, bertutur tentang seorang perempuan muda yang beranjak dewasa tahun1950-an, sementara "Passion Simple" ("Simple Passion") dan "Se perdre" ("Getting Lost") bagan hubungan emosional yang intens Ernaux dengan seorang diplomat Rusia.
Ernaux menggambarkan dirinya menghadapi cemoohan dari kaum sastra Prancis karena dia adalah seorang perempuan dari latar belakang kelas pekerja.
Baca Juga: Profil Butet Manurung, Peraih Nobel Asia yang Wakili Indonesia jadi Barbie di Hari Perempuan Sedunia
"Pekerjaan saya adalah politik," katanya pada konferensi pers. Dia menggambarkan tumbuh di lingkungan di luar elit, dunia "orang-orang di atas Anda" dan tampaknya mustahil untuk menjadi seorang penulis terkenal.
Penghargaan sastra sebelumnya dihujani kritik karena dianggap terlalu fokus pada penulis Eropa dan Amerika Utara, serta terlalu didominasi laki-laki.
Pemenang hadiah tahun lalu, penulis kelahiran Tanzania, berbasis di Inggris Abdulrazak Gurnah, hanyalah peraih Nobel sastra keenam yang lahir di Afrika.
Lebih dari selusin penulis Prancis meraih hadiah sastra, meskipun Ernaux adalah perempuan pertama asal Prancis yang menang, dan hanya wanita ke-17 di antara 119 peraih Nobel sastra.
Olsson mengatakan akademi yang menganugerahkan hadiah Nobel sedang bekerja untuk mendiversifikasi jangkauannya, menarik para ahli sastra dari berbagai daerah dan bahasa.
"Kami mencoba memperluas konsep sastra tetapi kualitaslah yang terpenting, pada akhirnya," katanya.
Ernaux mengatakan dia tidak yakin soal apa yang akan dia lakukan dengan hadiah uang tunai Nobel sebesar 10 juta kronor Swedia (hampir $900.000).
Baca Juga: Muhammadiyah Buka Suara soal Nobel Perdamaian NU-Muhammadiyah yang Diusung Cak Imin
"Saya punya masalah dengan uang," katanya kepada wartawan. "Uang bukanlah tujuan bagi saya. ... Saya tidak tahu bagaimana membelanjakannya dengan baik."
Pengumuman Hadiah Nobel dimulai hari Senin dengan ilmuwan Swedia Svante Paabo menerima penghargaan hadiah Nobel bidang kedokteran, dimana Svante dianggap berhasil membuka rahasia DNA Neanderthal yang memberikan wawasan kunci ke dalam sistem kekebalan tubuh kita.
Alain Aspect dari Prancis, John F. Clauser dari Amerika dan Anton Zeilinger dari Austria memenangkan hadiah Nobel fisika hari Selasa untuk karya yang menunjukkan bahwa partikel kecil dapat mempertahankan hubungan satu sama lain bahkan ketika dipisahkan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai belitan kuantum.
Hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan hari Rabu kepada orang Amerika Carolyn R. Bertozzi dan K. Barry Sharpless, dan ilmuwan Denmark Morten Meldal karena mengembangkan cara "menggabungkan molekul" yang dapat digunakan untuk menjelajahi sel, memetakan DNA, dan merancang obat untuk menyasar kanker dan penyakit lainnya.
Hadiah Nobel Perdamaian 2022 akan diumumkan pada hari Jumat dan penghargaan ekonomi pada hari Senin.
Hadiah akan dibagikan pada 10 Desember. Uang hadiah berasal dari warisan yang ditinggalkan oleh pencipta hadiah, penemu Swedia Alfred Nobel, pada tahun 1895.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV