44 Pemimpin Negara Eropa Gelar KTT, Rusia dan Belarusia Tidak Diundang
Kompas dunia | 6 Oktober 2022, 19:52 WIBPRAHA, KOMPAS.TV — Para pemimpin dari 44 negara Eropa yang membentang dari Islandia hingga Turki, Kamis (6/10/2022), melakukan konferensi tingkat tinggi (KTT) dalam apa yang disebut banyak orang sebagai sikap bersatu melawan perang Rusia di Ukraina.
KTT itu digelar ketika krisis energi dan inflasi tinggi yang dipicu oleh konflik itu menimbulkan malapetaka bagi ekonomi negara-negara Eropa.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis, KTT perdana Komunitas Politik Eropa itu melibatkan pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa, ditambah pemimpin Inggris, Turki, Makedonia Utara, Montenegro, Albania, Serbia, Kosovo.
Kemudian Bosnia dan Herzegovina, Georgia, Ukraina, Moldova, Norwegia, Swiss, Islandia, Liechtenstein, Armenia, dan Azerbaijan. Israel juga dilaporkan bergabung dalam pertemuan Praha.
Rusia adalah satu-satunya kekuatan besar Eropa yang tidak diundang, bersama dengan tetangga dan pendukungnya dalam perang Ukraina, Belarusia.
"Apa yang akan Anda lihat di sini adalah Eropa berdiri dalam solidaritas melawan invasi Rusia di Ukraina," kata Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottir kepada wartawan di Kastil Praha di Republik Ceko, tempat pertemuan itu berlangsung.
Rekannya dari Belgia, Alexander De Croo, mengatakan, "jika Anda hanya melihat kehadiran di sini, Anda melihat arti pentingnya. Seluruh benua Eropa ada di sini, kecuali dua negara: Belarusia dan Rusia. Jadi itu menunjukkan betapa terisolasinya kedua negara itu."
KTT tersebut merupakan gagasan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang didukung Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Baca Juga: Eropa di Ambang Bencana, Inflasi Mencapai Rekor 10 Persen di 19 negara Uni Eropa yang Gunakan Euro
Mereka mengatakan KTT itu bertujuan meningkatkan keamanan dan kemakmuran ekonomi di seluruh benua. Tetapi KTT itu dibayangi oleh perang, dan berlangsung saat tekanan makin meningkat untuk memungkinkan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa.
"Pertemuan ini adalah cara mencari tatanan baru tanpa Rusia. Bukan berarti kami ingin mengecualikan Rusia selamanya, tapi Rusia ini—Rusia-nya Putin—tidak punya kursi."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press