> >

Riset Terbaru Ungkap Skenario jika Perang Nuklir Meletus, Curah Hujan Turun 50 Persen dan Kelaparan

Kompas dunia | 16 Agustus 2022, 15:29 WIB
Percobaan bom nuklir Amerika Serikat di Mikronesia, Juli 1946. (Sumber: Kementerian Pertahanan AS via Wikimedia.)

Jika itu terjadi, sinar matahari yang menyinari tanaman di dunia, pada awalnya akan turun sekitar 10 persen, sementara suhu rata-rata global akan turun hingga 1-2°C. 

Selama satu dekade atau lebih, ini bahkan mengalahkan semua efek pemanasan yang disebabkan oleh manusia sejak Revolusi Industri yang dimulai sejak abad ke-18.

Kebakaran hutan Australia pada 2019-20 menyembulkan satu juta ton jelaga ke atmosfer. (Sumber: NASA)

Dalam skenario perang nuklir skala terbatas, produksi pangan global akan menurun sebesar 7 persen dalam lima tahun pertama selepas perang. 

Kendati angkanya telihat kecil, penurunan 7 persen nyaris setara dengan dua kali lipat dari penurunan produksi makanan terbesar yang tercatat sejak 1961.

Dampaknya, lebih dari 250 juta orang bakal tanpa makanan dalam rentang dua tahun sejak perang nuklir.

Baca Juga: Riset SIPRI: Jumlah Senjata Nuklir Dunia akan Melonjak (I)

"Tidak mengherankan jika perang nuklir dalam skenario terbesar jadi ancaman peradaban, berpotensi membuat lebih dari lima miliar orang kelaparan," tegas Heneghan.

Dalam skenario itu, jika Rusia dan Amerika Serikat meledakkan semua hulu ledak nuklirnya, suhu rata-rata dunia diprediksi turun 10 hingga 15°C sepanjang lima tahun pertama sejak perang berakhir.

Adapun sinar matahari diprediksi meredup 50 hingga 80 persen, yang berimbas pada menurunnya curah hujan hingga lebih dari 50 persen.

Penurunan 7 persen produksi pangan dunia setara dengan 250 juta orang kelaparan. (Sumber: Jeff McIntosh / AP) 

Masih dalam skenario yang sama, produksi pangan global dari darat dan laut bakal turun menjadi kurang dari 20 persen dari tingkat sebelum perang. Butuh setidaknya lebih dari satu dekade bagi dunia untuk pulih.

Baca Juga: Asia Tenggara "Dikepung" Negara-Negara Bersenjata Nuklir (II)

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/The Conversation


TERBARU