Sebuah petisi yang menuntut pengunduran dirinya berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 tanda tangan. Dia dicopot sebagai ketua Prasarana Malaysia dua hari setelah konferensi pers.
Sebagai duta besar untuk Indonesia, Tajuddin akan menggantikan diplomat karir Zainal Abidin Bakar, yang diangkat pada 2018 di bawah pemerintahan Pakatan Harapan.
Tajuddin, yang merupakan anggota Dewan Tertinggi UMNO, bukanlah politisi pertama yang ditunjuk untuk jabatan tersebut.
Dalam langkah kontroversial lainnya pada September 2013, pemerintah menunjuk politisi UMNO Datuk Seri Zahrain Mohd Hashim sebagai duta besar Indonesia, setelah ia meninggalkan oposisi Parti Keadilan Rakyat (PKR).
Baca Juga: Produksi Jeblok akibat Cuaca Buruk, Harga Durian Malaysia Naik 100 Persen
Pengangkatan Tajuddin dikritik habis-habisan oleh oposisi, yang mempertanyakan apakah anggota parlemen Perak adalah kandidat yang tepat untuk jabatan penting itu.
Anggota parlemen PKR Sim Tze Tzin dikutip di media lokal hari Selasa (17/5/2022) mengatakan, "Pejabat politik sering gagal menegakkan profesionalisme institusional. Penghapusan Tajuddin dari Prasarana adalah contoh bahaya penunjukan politik."
Namun, PM Ismail membela penunjukan Tajuddin, dengan mengatakan penunjukannya sudah mendapat persetujuan pemerintah negara penempatan, yaitu oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. "Kami tidak bisa memuaskan semua orang," kata Datuk Seri Ismail.
Sepanjang karir politiknya, Tajuddin dikenal karena ucapannya yang kasar.
Misalnya, dia mengatakan dia akan "menempiling" orang Cina-Malaysia yang membawa berbagai keluhan mereka ke luar negeri serta menyebut anggota parlemen oposisi Teresa Kok sebagai "satu-satunya wanita dengan 'kok' di Parlemen".
Dia juga menyamakan abu suci Hindu di dahi anggota parlemen oposisi lainnya dengan sisa-sisa mantan pemimpin komunis Chin Peng.
Tentang penunjukan Tajuddin sebagai duta besar, pengguna media sosial @amerhadiazmi mencuit, "Saya sangat menyesal, Indonesia."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times