Situasi Perang Memburuk bagi Rusia, Kalah di Front Ukraina, Gagal di Panggung Internasional
Krisis rusia ukraina | 17 Mei 2022, 05:25 WIB“Kami akan melakukan yang terbaik untuk mencairkan situasi ini,” kata Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell.
“Saya tidak bisa memastikan kapan ini (embargo minyak Rusia) akan terjadi karena suara oposisi cukup kuat,” lanjutnya.
Arus bantuan senjata untuk Ukraina pun menyulitkan gerak Rusia di medan perang. Kemenangan-kemenangan kecil Ukraina di front bahkan membuat Sekjen NATO Jens Stoltenberg sesumbar Ukraina bisa memenangkan perang ini.
Baca Juga: Putin Sebut Sanksi ke Rusia Lebih Menyakiti Barat Dibanding Negaranya Sendiri
Sejak Rusia gagal merebut Kiev, Moskow mengumumkan “tahap kedua” invasi dengan memfokuskan serangan ke Donbass, Ukraina. Namun, pasukan Rusia tak kunjung mencapai kemajuan berarti di kawasan jantung industri Ukraina tersebut.
Sulit mendapat gambaran penuh perang di Donbass karena perkara akses. Gencarnya serangan udara dan artileri membuat situasi sangat berbahaya bagi jurnalis yang meliput ke lapangan.
Akan tetapi, berdasarkan laporan lapangan yang ada, belum ada kemajuan berarti yang dicapai masing-masing pihak. Baik Rusia atau Ukraina sekadar meraih kemenangan-kemenangan kecil, dari desa ke desa.
Di tempat terpisah, Kementerian Pertahanan Inggris Raya melaporkan bahwa Belarusia menerjunkan pasukan khusus di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Perlengkapan serangan jarak jauh juga diterjunkan, mulai dari artileri hingga unit rudal.
Baca Juga: Rusia Izinkan Evakuasi Serdadu Terluka di Azovstal, tetapi Mau Dibawa ke Teritori Separatis
Belarusia sendiri tidak terlibat perang secara langsung. Namun, wilayahnya digunakan Rusia untuk mempersiapkan dan memulai invasi.
Keberadaan pasukan Belarusia di perbatasan dapat menghalangi gerak pasukan Ukraina yang hendak membantu kontra-ofensif di Donbass.
Sementara itu, Wakil Kepala Menteri Pertahanan Ukraina Anna Malyar menyebut sudah banyak warga yang kembali ke Kharkiv dan kota-kota lain di Ukraina. Mereka kembali meskipun ancaman rudal Rusia masih ada.
Menurut Malyar, para pengungsi itu kembali bukan hanya karena optimisme perang bakal berakhir, tetapi karena tuntutan hidup.
“Hidup di tempat lain seperti itu, tidak bekerja, membayar untuk tinggal, makan… mereka terpaksa kembali karena alasan keuangan,” kata Malyar.
Baca Juga: Jokowi Undang Langsung Joe Biden ke KTT G20 di Bali, Respon DPR: Awal Tuntaskan Perang Rusia-Ukraina
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press