Neraka Terburuk di Azovstal: Pasukan Pertahanan Ukraina Terpaksa Bertempur hingga Akhir Hayat
Krisis rusia ukraina | 16 Mei 2022, 07:30 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Pasukan pertahanan Ukraina terakhir di Mariupol bersikeras enggan menyerah kepada Rusia dan menunggu “keajaiban” untuk diselamatkan.
Walaupun Rusia telah menguasai Mariupol, kota pelabuhan berpenduduk hampir 500.000 sebelum perang, pasukan Ukraina masih bertahan di kompleks pabrik baja Azovstal.
Kompleks pabrik baja yang dibangun pada 1930-an ini adalah benteng ideal bagi pasukan Ukraina. Berdiri di atas tanah seluas 11 kilometer persegi, kompleks Azovstal dihubungkan jejaring terowongan yang terkubur setidaknya delapan meter di bawah tanah.
Meskipun demikian, waktu semakin menipis bagi pasukan Ukraina di Azovstal. Rusia membombardir kompleks dengan bom bunker buster.
Per 4 Mei, pasukan Rusia bahkan telah merangsek ke halaman Azovstal, terlibat pertempuran jarak dekat lawan pasukan pertahanan Ukraina.
Baca Juga: Pasukan Ukraina di Mariupol Tak Dapat Meloloskan Diri Dari Kepungan Rusia
Di lain sisi, pasukan Ukraina dilaporkan kekurangan makanan dan obat-obatan. Mereka minum air mesin. Sebagian kombatan yang luka terpaksa dioperasi tanpa bius.
“Neraka terburuk, mimpi paling mengerikan yang bisa dibayangkan seseorang,” kata Kapten Svyatoslav Palamar, wakil komandan Resimen Azov di Azovstal dikutip Kyiv Independent.
“Dua kali lipat Stalingrad. Inilah adanya,” imbuhnya.
Kecewa dengan Kiev
Meskipun telah dikepung berpekan-pekan, elemen-elemen pasukan Ukraina tetap bertempur di Azovstal. Sekitar 1.000 personel sisa-sisa Garda Nasional, termasuk Resimen Azov, marinir, polisi, dan Pasukan Pertahanan Teritorial menahan gempuran Rusia.
Para kombatan ini semakin kecewa terhadap komando tertinggi mereka di Kiev. Mereka juga kecewa kepada seluruh dunia yang dianggap berbuat terlalu sedikit untuk membantu mereka.
Komandan marinir Ukraina di Azovstal, Sergiy Volynskiy menyebut mereka menggunakan setiap kesempatan untuk bertahan hidup ketika dunia sekadar mengikuti alur cerita yang menarik.
Hampir setiap hari, pemimpin pasukan di Azovstal meminta kepada tokoh-tokoh dunia untuk menyelamatkan mereka. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Paus Fransiskus, hingga Elon Musk dimintai bantuan.
Spesialis komunikasi di Azovstal disebut mempertaruhkan nyawa untuk mengakses koneksi internet lemah demi mengabarkan kondisi Azovstal kepada dunia, sekaligus meminta bantuan.
Baca Juga: Evakuasi Pasukan Ukraina dari Pabrik Azovstal Sulit, Para Pemimpin Barat Diminta Membantu
Resimen Azov mengunggah gambar-gambar kombatan yang terluka. Kini, ada hampir 600 kombatan yang terluka di Azovstal. Jumlahnya terus bertambah.
“Kami kekurangan perban, obat-obatan, antibiotik. Kami hampir tak punya perlengkapan. Mereka yang terluka mati setiap hari karena mereka tidak mendapatkan perawatan yang layak tepat waktu,” kata Palamar.
Pada Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berkomunikasi langsung dengan para komandan di Mariupol. Ia meminta pasukan di Mariupol mencoba mundur dengan upaya sendiri.
Akan tetapi, pasukan pertahanan di Mariupol tak bisa melakukannya. Sebagaimana diwartakan Kyiv Independent, pasukan di Mariupol menganggap mundur hanyalah bunuh diri jika tak disokong tembakan dukungan dari militer Ukraina.
“Kami bilang ke presiden, kami tidak bisa pergi karena rekan kami yang terluka perlu dievakuasi lebih dulu. Kami tidak bisa melakukannya, meninggalkan mereka yang terluka di belakang, meninggalkan warga sipil tanpa perlindungan,” kata Palamar.
Hingga berpekan-pekan kemudian, serangan Ukraina untuk menyelamatkan mereka tak kunjung tiba. Kiev menegaskan operasi semacam itu tidak dimungkinkan karena jumlah besar pasukan Rusia di sekitar Mariupol.
Baca Juga: Zelenskyy: Usaha Ukraina Depak Rusia Sudah Maksimal, Tak Ada yang Tahu Kapan Perang Berakhir
Kekecewaan terhadap Kiev pun semakin bertumbuh di kalangan pasukan pertahanan di Azovstal. Mereka mempertanyakan mengapa Rusia hanya butuh empat hari mencapai Mariupol dari Semenanjung Krimea, seolah tak mendapat perlawanan.
Mereka juga mempertanyakan mengapa harus bertempur sendirian selama lebih dari 80 hari, menanti blokade Rusia ditembus pasukan Ukraina dari arah Kiev, sesuatu yang tak kunjung tiba.
“Selama ini, kami mendengar ini dari komando pusat: Kawan-kawan, bertahanlah hingga tanggal tertentu pada bulan Maret,” kata Palamar.
“Kami terus bertahan. Apa yang terjadi selanjutnya? Tidak ada. Lalu bertahanlah hingga suatu hari di bulan April. Kami melakukannya dan tidak ada yang datang menolong.”
“Bertahanlah hingga 1 Mei, 5 Mei, 6 Mei. Kami terus bertahan dan tidak ada yang terjadi, tidak ada aksi militer yang diluncurkan untuk mencapai kami,” lanjutnya.
Zelenskyy sendiri mengaku pemerintah pusat di Kiev melakukan apa pun untuk menyelamatkan pasukan di Azovstal melalui jalur diplomatis. Namun, pasukan Rusia bersikeras menggempur tempat itu karena pasukan pertahanan Ukraina tak mau menyerah.
Bertahan hingga Akhir Hayat
Satu-satunya hal yang melegakan pasukan pertahanan di Azovstal adalah ratusan warga sipil yang mengungsi di sana telah dievakuasi semuanya. Setelah evakuasi selesai, mereka mengaku siap menghadapi akhir terburuk.
Pasukan pertahanan di Azovstal menganggap menyerah ke Rusia bukanlah pilihan. Mereka, khususnya personel Resimen Azov, yakin bakal disiksa sampai mati jika menyerah ke Rusia.
Daripada menyerah, jika tak kunjung diselamatkan, Kapten Palamar mengaku pasukannya siap bertempur hingga akhir hayat.
“Kami akan terus bertempur selama kami masih hidup,” kata Palamar.
“Tidak ada yang mematahkan semangat kami. Kami berjuang demi rakyat Ukraina dan seluruh dunia yang beradab. Kami paham bahwa jika kami tak berhasil di sini, (Vladimir) Putin akan bertindak lebih jauh,” imbuhnya.
Baca Juga: Rusia Mundur, Pasukan Ukraina Rebut Kembali Wilayah Kharkiv
Meskipun demikian, Palamar mengaku para penjaga Mariupol masih memiliki secercah harapan. Mereka menunggu keajaiban bahwa Rusia bersedia membiarkan mereka pergi dengan kehormatan.
“Kami memprioritaskan hal-hal yang kami lakukan demi negara ini, bukan untuk kami secara pribadi,” kata Palamar.
“Akan tetapi, sebagai wakil komandan, saya meminta dunia, para politikus dan pemimpin opini, untuk mengintervensi dan menekan Putin via organisasi-organisasi internasional tentang evakuasi pasukan pertahanan Mariupol.”
“Ini harus dilakukan secepat mungkin. Kita sedang berbicara tentang hitungan hari dan jam.”
Kapten Palamar menyampaikan permintaan itu pada 14 Mei 2022. Hingga berita ini diturunkan, belum ada evakuasi yang direncanakan ke Azovstal.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kyiv Independent