Tidak Boleh Lewat karena Berkulit Hitam, Warga Afrika Terlunta-lunta di Perbatasan Ukraina-Polandia
Krisis rusia ukraina | 1 Maret 2022, 04:45 WIBBaca Juga: Dampak Serangan Rusia ke Ukraina, Eropa Dipaksa Bersiap Hadapi Gelombang Pengungsi
Menurut Bagui Sylla, penjaga perbatasan Ukraina mengatakan mereka hanya mengikuti instruksi dari rekan-rekan Polandia mereka, namun hal itu dibantah oleh pejabat di Warsawa.
Anna Michalska, juru bicara penjaga perbatasan Polandia, mengatakan dia telah menghabiskan dua hari terakhir untuk menyangkal tuduhan semacam itu.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi di sisi perbatasan Ukraina, tetapi kami membiarkan semua orang masuk tanpa memandang kebangsaan,” katanya kepada France24.
Dalam komunike selanjutnya, pejabat Polandia menegaskan tidak ada visa yang diperlukan untuk melintasi perbatasan, kartu identitas dan paspor akan diterima, bahkan jika sudah kedaluwarsa.
Seorang juru bicara penjaga perbatasan Ukraina juga membantah laporan praktik diskriminatif dan rasialisme.
Baca Juga: Ribuan Warga Ukraina Mulai Mengungsi ke Arah Barat saat Pasukan Rusia Merangsek ke Kiev
Dia menekankan hanya laki-laki Ukraina berusia antara 18 dan 60 tahun yang diminta untuk bergabung dalam upaya perang sehingga dilarang meninggalkan negara itu.
Mengenai banyak keluhan warga berkulit hitam yang mengatakan mereka didorong mundur, Andriy Demchenko mengatakan, "Mungkin mereka berusaha untuk menyela antrean."
Warga sipil yang melarikan diri dari perang menghadapi kondisi yang semakin mengerikan di perbatasan Medyka, seperti yang telah didokumentasikan France24 sebelumnya. Menurut laporan Komisi Eropa, penyeberangan sekarang bisa memakan waktu hingga 70 jam.
Bagi mahasiswa Afrika yang terpikat ke Ukraina oleh prospek pekerjaan dan gelar universitas, diperlakukan seperti migran ekonomi, bukan pengungsi yang terlantar akibat perang, merupakan pukulan yang menghancurkan hati.
Pemerintah Nigeria menyarankan warganya meninggalkan Ukraina untuk menuju Hungaria atau Rumania, bukan Polandia. Itulah tepatnya yang direncanakan oleh para siswa yang terdampar di stasiun Lviv.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : France24