Pasukan Pemberontak Myanmar Makamkan Lebih 30 Orang Korban Pembunuhan Tentara Junta Militer
Kompas dunia | 30 Desember 2021, 12:54 WIBYANGON, KOMPAS.TV - Sebuah kelompok gerilyawan Myanmar mengatakan mereka memakamkan sisa-sisa lebih dari 30 orang yang tewas dibakar tentara junta militer Myanmar, ketika Dewan Keamanan PBB menuntut junta militer Myanmar bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan menuntut segera diakhirinya kekerasan di negara itu, seperti dilansir Straits Times, Kamis, (30/12/2021)
Aktivis oposisi menyalahkan tentara Myanmar atas serangan 24 Desember di dekat desa Mo So di Negara Bagian Kayah di mana kelompok bantuan Save the Children mengatakan dua stafnya tewas dalam serbuan tersebut.
Seorang juru bicara junta militer Myanmar belum mengomentari serangan itu tetapi media pemerintah di Myanmar yang dikelola militer sebelumnya melaporkan tentara mereka membunuh sejumlah "teroris bersenjata" di desa itu.
"Kami mengubur setiap mayat yang kami temukan di tempat kejadian," kata seorang komandan Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF), salah satu pasukan sipil terbesar yang dibentuk untuk menentang kudeta militer 1 Februari.
Foto-foto yang diposting media online menunjukkan anggota KNDF mengubur jenazah di kuburan yang dilapisi dengan balok beton.
Bunga-bunga berserakan di atas mayat dan lilin dinyalakan di samping kuburan.
Komandan pemberontak yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan itu mengatakan meskipun sulit untuk mengidentifikasi mayat yang dikuburkan hari Rabu (29/12/2021), dia yakin mereka termasuk staf Save the Children.
Baca Juga: Ternyata, 2 Pekerja Lembaga Perlindungan Anak Ikut Jadi Korban Pembantaian Junta Militer Myanmar
Seorang juru bicara Save the Children menolak berkomentar, tetapi kelompok itu sebelumnya memastikan dua pekerjanya, keduanya laki-laki, tewas dalam serangan itu.
Komunitas internasional menyatakan keterkejutannya atas serangan itu dengan kedutaan AS di Myanmar menggambarkannya sebagai "biadab".
Dalam sebuah pernyataan pers yang diterbitkan pada hari Rabu, Dewan Keamanan PBB mengatakan mereka mengutuk pembunuhan yang dilaporkan terhadap sedikitnya 35 orang, termasuk empat anak dan dua staf Save the Children.
Dewan Keamanan menekankan perlunya memastikan akuntabilitas atas tindakan tersebut dan "menyerukan penghentian segera semua kekerasan dan menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memastikan keselamatan warga sipil".
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih pemenang Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi.
Sejak kudeta, lebih dari 1.300 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan dan lebih dari 11.000 telah dipenjara, menurut penghitungan oleh kelompok hak-hak Asosiasi untuk Bantuan Tahanan Politik.
Militer membantah jumlah korban tewas kelompok itu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times