> >

Pemimpin Muslim Polandia Mulai Bantu Makanan Hangat Para Migran dan Tentara di Perbatasan Belarusia

Kompas dunia | 14 November 2021, 21:58 WIB
Anggota jamaah Muslim memasak sup untuk para migran di perbatasan Polandia-Belarusia di Bohoniki dekat Sokolka, Polandia, Sabtu, 13 November 2021. (Sumber: AP Photo/Matthias Schrader)

BOHONIKI, KOMPAS.TV — Maciej Szcz snowicz menangis ketika pertama kali melihat para migran di perbatasan, lapar dan lelah karena terjebak saat mencoba masuk Polandia dari perbatasan Belarus.

Ketua komunitas Muslim lokal di desa Bohoniki, Polandia timur, Szcz snowicz melihat para migran itu sangat lelah sehingga mereka tidak bisa lagi berdiri, sangat lapar.

Mereka bahkan memetik jamur dari tanah untuk dimakan dan ketika diberi apel, mereka sampai memakan bijinya.

Tapi yang paling menyakitkan adalah mendengar suara penderitaan mereka saat kedinginan. "Suara tangisan dan jeritan anak-anak. Itu yang terburuk." kata Szcz snowicz seperti dilansir Associated Press, Minggu, (14/11/2021).

Karena Polandia dimasuki para migran dari Timur Tengah yang menyeberang dari Belarus melalui daerah hutan dan rawa-rawa, Szcz snowicz mulai bekerja membantu mengumpulkan pakaian dan menyiapkan makanan untuk mereka.

Sejumlah besar migran muncul minggu ini di perbatasan Polandia, makin membuat runyam kebuntuan politik antara Uni Eropa dan Belarus.

Dengan penumpukan pasukan Polandia dan Belarus di perbatasan, Szcz snowicz juga membantu memberi makan tentara dan petugas lain yang melindungi negaranya.

Baca Juga: Putin: Rusia Tidak Ada Urusan dengan Ketegangan soal Pengungsi di Perbatasan Polandia - Belarusia

Anggota jamaah Muslim memasak sup untuk para migran di perbatasan Polandia-Belarusia di Bohoniki dekat Sokolka, Polandia, Sabtu, 13 November 2021. (Sumber: AP Photo/Matthias Schrader)

AP mengunjunginya pada hari Sabtu di sebuah restoran di mana dia dan sukarelawan lainnya sedang menyiapkan panci besar berisi sup ayam dan sayuran yang ditujukan untuk tentara dan penjaga lain di perbatasan, tetapi dia berharap makanan itu juga bisa sampai ke para migran.

Sementara zona perbatasan terlarang karena keadaan darurat yang berlaku sejak awal September, pengiriman supnya ke perbatasan telah memberinya akses yang tidak dimiliki orang lain, termasuk melihat situasi penderitaan orang-orang tepat di seberang pagar kawat berduri, di Belarusia.

Ribuan migran berusaha selama berbulan-bulan untuk menyelinap melalui perbatasan timur Polandia dari Belarusia, berharap bisa menuju Eropa Barat.

Bagi politisi Polandia dan Uni Eropa, kedatangan para migran, yang sebagian besar adalah Muslim dari Timur Tengah, dipandang sebagai masalah dan harus dihentikan.

Tetapi ada sejumlah besar orang Polandia mencari cara untuk membantu mereka, karena hanya melihat para migran itu hanyalah manusia yang membutuhkan uluran tangan.

Petugas medis pergi masuk hutan untuk memberikan bantuan medis kepada mereka yang berhasil lolos namun sering ditemukan dalam kondisi sakit atau terluka.

Baca Juga: Kedinginan dan Kelaparan, Pengakuan Migran yang Terjebak di Perbatasan Polandia-Belarusia

Sekelompok migran asal Timur Tengah bersama anak kecil di kamp pengungsian sementara di perbatasan Polandia-Belarusia, Selasa (09/11/2021). Anggota jamaah Muslim Polandia mulai memasak sup untuk para migran di perbatasan Polandia-Belarusia di Bohoniki dekat Sokolka, Polandia, Sabtu, 13 November 2021. (Sumber: Leonid Shcheglov/BelTA via Associated Press)

Sementara itu, orang-orang di seluruh negeri menyumbangkan uang kepada organisasi yang memberi makanan dan bantuan lainnya kepada para migran di hutan.

Sebagian besar sukarelawan beragama Katolik Roma, seperti mayoritas warga negara mereka, tetapi Szcz snowicz memimpin komunitas Muslim di Bohoniki, tempat tinggal minoritas kecil yang merupakan keturunan dari populasi Muslim Tatar yang menetap di daerah tersebut 600 tahun yang lalu.

Namun, dia mengatakan identitas Muslimnya hanya sekunder dalam hal membantu para migran.

"Kami membantu semua orang yang memasuki perbatasan Polandia. Semua orang, ya, karena mereka manusia," katanya.

Situasi di kawasan itu bisa mematikan, dengan sembilan kematian dilaporkan sejauh ini, termasuk kematian seorang pemuda Suriah yang dilaporkan pada hari Sabtu. Risiko meningkat saat musim dingin mendekat.

Szcz snowicz khawatir "di sini (perbatasan) akan ada lebih banyak kematian."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU