Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik, Kali Ini dari Kapal Selam
Kompas dunia | 19 Oktober 2021, 12:29 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Korea Utara menembakkan rudal balistik ke laut pada hari Selasa, kata militer Korea Selatan. Ini merupakan yang terbaru dalam serangkaian uji coba oleh Pyongyang saat utusan khusus Amerika Serikat mendesak digelarnya dialog dengan Korea Utara.
"Rudal balistik tak dikenal" diluncurkan sekitar pukul 10:17 waktu setempat dari sekitar Sinpo, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, dalam sebuah pernyataan yang dilansir France24, Selasa, (19/10/2021).
Surat kabar Korea Selatan Joongang Ilbo mengutip sumber militer yang tidak disebutkan namanya mengatakan pemerintah "berasumsi bahwa itu adalah tes SLBM," tanpa menjelaskan lebih lanjut. Korea Utara juga telah meluncurkan rudal jenis lain dari daerah itu.
"Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat sedang menganalisis dengan cermat untuk mendapatkan detail tambahan," kata Kastaf Gabungan Korea Selatan.
Kota pelabuhan Sinpo, tempat rudal ditembakkan, adalah galangan kapal angkatan laut utama Korea Utara dan foto-foto satelit sebelumnya menunjukkan adanya kapal selam di fasilitas tersebut.
Korea Utara diketahui sedang mengembangkan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam atau Submarine Launched Ballistic Missile SLBM, dan sebelumnya melakukan peluncuran di bawah air, meskipun para analis mengatakan salah satunya kemungkinan berasal dari platform terendam daripada peluncuran dari kapal selam.
Baca Juga: Penyelidik PBB: Anak-Anak dan Lansia di Korea Utara Terancam Kelaparan
Semacam perlombaan senjata regional sedang berkembang di semenanjung Korea, dengan Korea Selatan bulan lalu menguji SLBM pertamanya, meluncurkan rudal jelajah supersonik sehingga menempatkan Seoul di antara kelompok elit negara yang mampu melakukan hal tersebut.
Setelah peluncuran hari Selasa, kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan akan mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional.
Korea Utara yang bersenjata nuklir dalam beberapa pekan terakhir menguji rudal jelajah jarak jauh, senjata yang diluncurkan dengan kereta api dan apa yang dikatakan sebagai hulu ledak hipersonik, sehingga memicu kekhawatiran global.
Korea Utara juga baru saja menggelar pameran senjata langka, menampilkan rudal balistik internasional raksasa (ICBM) yang terungkap pada parade militer di malam tahun lalu.
Membuka acara tersebut, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang memimpin kemajuan pesat dalam teknologi militer melawan sanksi internasional, menyalahkan Amerika Serikat atas ketegangan di semenanjung Korea.
Jong-un menolak pernyataan Washington dan menegaskan mereka tidak memiliki niat bermusuhan.
Peluncuran rudal itu terjadi saat utusan khusus AS mendesak dibukanya kembali dialog dan perundingan dengan Pyongyang.
"Kami akan mengupayakan diplomasi dengan DPRK untuk membuat kemajuan nyata yang meningkatkan keamanan Amerika Serikat dan sekutu kami," kata Sung Kim, utusan khusus AS untuk Korea Utara, setelah pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan di Washington.
"Kami tidak memiliki niat bermusuhan terhadap DPRK (Korea Utara) dan kami berharap dapat bertemu dengan mereka tanpa syarat," kata Kim kepada wartawan.
Namun dia menambahkan sekutu memiliki "tanggung jawab untuk menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB", mengacu pada sanksi yang ingin dicabut oleh Korea Utara.
Baca Juga: Pengakuan Pejabat Intelijen Korea Utara, Ungkap Sosok Kim Jong-un dan Perintahkan Bunuh Pembelot
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak diadakannya deklarasi resmi bahwa Perang Korea telah berakhir sebelum masa jabatannya berakhir tahun depan.
Pada Perang Korea, permusuhan berhenti pada tahun 1953 karena gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Kim bertemu tiga kali dengan mantan presiden AS Donald Trump, yang membual akan menghentikan perang tetapi gagal mencapai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Proses pembicaraan sebagian besar terhenti sejak pertemuan kedua di Hanoi pada tahun berikutnya gagal karena tidak ketemunya kata sepakat tentang keringanan sanksi dan apa yang bersedia diserahkan Pyongyang sebagai imbalannya.
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya bersedia bertemu dengan pejabat Korea Utara kapan saja atau di mana saja, tanpa prasyarat, dalam upayanya untuk mengupayakan denuklirisasi.
Pyongyang berada di bawah beberapa sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya yang dilarang, yang katanya perlu untuk melindungi diri dari invasi Amerika Serikat.
Pada 2017, Korea Utara menguji coba peluru kendali yang dapat menjangkau seluruh benua Amerika dan melakukan ledakan nuklir paling kuat hingga saat ini.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/France24