Sadis, Rezim Kim Jong-Un Perintahkan Tembak Mati Pencuri Hasil Pertanian
Kompas dunia | 24 September 2021, 10:42 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Kian sulitnya bahan pangan membuat Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengeluarkan perintah yang terkesan sadis.
Kim Jong-un memerintahkan tentaranya untuk menjaga lahan pertanian, dan menembak mati pencuri hasil pertanian yang terlihat.
Dikutip dari Radio Free Asia, hal itu dilakukan di tengah penyelidikan terhadap pencurian hasil pertanian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebelumnya dilaporkan terjadi pencurian atas persediaan anti-biotik darurat untuk masa perang dari gudang pemerintah.
Baca Juga: Fotografer yang Viral karena Pukul Demonstran yang Terluka, Akhirnya Ditangkap Polisi
Korea Utara sendiri saat ini menghadapi bencana kelaparan hingga menyebabkan kematian akibat kurangnya bahan pangan secara kronis.
Hal itu diakibatkan penutupan perbatasan Sino-Korea dan penghentian perdagangan dengan China sejak Januari 2020, untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Hal itu yang kemudian menyebabkan pencurian hasil pertanian terus meningkat di seluruh Korea Utara.
“Korps ke-9 telah mengorganisasi grup untuk berpatroli di lahan pertanian siang dan malam karena pencurian terjadi cukup sering,” ujar sumber dari militer yang meminta anonimitas dengan alasan keamanan.
“Jenderal di departemen telah memerintahkan untuk melakukan patroli di lahan pertanian, karena pencurian hasil pertanian semakin tinggi di seluruh negara. Jika pemerintah tak melakukan apa pun, hasil pertanian akan berkurang secara drastis,” tambahnya.
Sumber tersebut mengatakan bahwa bidang pertanian telah ditugaskan target produksi yang tak realistis saat Kongres Partai Buruh di awal tahun ini.
Baca Juga: Pakistan Desak Dunia untuk Tidak Mengisolasi Afghanistan
Pertanianj besar dianggap sebagai solusi untuk kekurangan bahan pangan yang telah diproyeksikan.
“Mencegah warga masuk ke lahan pertanian untuk mencuri hasil panen juga penting bagi militer untuk mengamankan jatahnya sendiri."
Sumber tersebut juga mengatakan tentara telah membuat tim patroli yang terdiri dari 20 orang, dan diperbolehkan menggunakan kekuatan mematikan.
“Setiap penyusup ilegal dianggap sebagai elemen tak murni terhadap sistem pemerintah dan harus ditembak tanpa peringatan, sehingga perintah tersebut menyebabkan ketegangan di antara penduduk yang tinggal di dekat pertanian,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Radio Free Asia