Pandemi Covid-19 Membuat Banyak Orang India Kejeblos Hutang untuk Bayar Perawatan Medis
Kompas dunia | 26 Juli 2021, 15:13 WIBNEW DELHI, KOMPAS.TV - Saat Covid-19 puncak-puncaknya menyapu habis India beberapa bulan lalu, seorang bapak bernama Anil Sharma membesuk Saurav, putranya yang berusia 24 tahun. Saurav saat itu dirawat di sebuah rumah sakit swasta di barat laut New Delhi dan ayahnya setiap hari membesuk selama lebih dari dua bulan.
Pada bulan Mei, ketika kasus baru penularan Covid-19 di India memecahkan rekor global hingga mencapai 400.000 per hari, Saurav terkapar menggunakan ventilator.
Pemandangan selang oksigen masuk ke tenggorokan Saurav sangat tajam menyengat batin Sharma, “Saya harus tetap kuat ketika saya bersamanya, tetapi segera setelah itu, saya akan hancur begitu saya meninggalkan ruangan,” katanya.
Saurav sekarang sudah kembali di rumah, namun lemah dan masih dalam masa pemulihan.
Namun keceriaan keluarga itu saat Saurav pulang langsung dihantam oleh tumpukan utang akibat biaya perawatan sang anak di rumah sakit.
Kehidupan sementara telah kembali normal di India karena kasus virus corona telah menurun. Tetapi jutaan orang mengalami mimpi buruk dari tumpukan besar tagihan hutang yang digunakan untuk membayar perawatan medis.
Sebagian besar orang India tidak memiliki asuransi kesehatan dan biaya untuk perawatan Covid-19, dan hal itu membuat mereka tenggelam dalam utang.
Baca Juga: Perempuan di India Selfie dengan Senapan Mertua tapi Khilaf Tarik Pelatuk, Tewas Tertembak
Sharma menghabiskan tabungannya untuk membayar ambulans, tes, obat-obatan, dan tempat tidur ICU. Kemudian dia mengambil pinjaman bank untuk menutup seluruh kebutuhan medis yang lain.
Ketika biaya meningkat, ia meminjam dari teman dan kerabat. Kemudian, dia menoleh ke orang yang tidak dia kenal dengan cara memohon bantuan secara online di Ketto, situs web crowdfunding India.
Secara keseluruhan, Sharma mengatakan dia telah membayar lebih dari 50.000 dollar untuk tagihan medis.
Crowdfunding berhasil memfasilitasi bantuan dari masyarakat sebanyak 28.000 dollar AS, tetapi 26.000 dollar AS selebihnya adalah uang pinjaman komersial yang harus dia bayar berikut bunga, hutang yang belum pernah dia alami sebelumnya.
Ketika dia meminta teman putranya mengatur kampanye di Ketto untuk mengumpulkan dana, Sharma belum pernah menerima gaji selama 18 bulan kebelakang.
Antara April dan Juni tahun ini, 40 persen dari 4.500 kampanye penggalangan dana perawatan pribadi korban Covid-19 di situs tersebut adalah untuk biaya rawat inap, kata perusahaan itu.
“Anak saya berjuang untuk hidupnya dan kami berjuang untuk memberinya kesempatan berjuang bertahan hidup,” katanya, suaranya kental dengan emosi. “Dulu saya adalah seorang ayah yang bangga, sekarang saya telah menjadi seorang gembel yang bangga.”
Baca Juga: Di India, Seorang Pria Kasta Dalit dan Putranya Dipukuli 15 Orang, Kemudian Dipaksa Minum Air Seni
Pandemi menghancurkan ekonomi India, membawa bencana keuangan bagi jutaan orang karena sistem perawatan kesehatannya yang kekurangan dana dan terfragmentasi parah.
Para ahli mengatakan biaya seperti yang dibayar Sharma pasti akan menghambat pemulihan ekonomi.
“Apa yang kita miliki adalah selimut tambal sulam dari asuransi publik yang tidak lengkap dan sistem kesehatan masyarakat yang buruk. Pandemi saat ini menunjukkan betapa kedua hal itu berjalan terseok dan tidak bisa berkelanjutan,” kata Vivek Dehejia, seorang ekonom yang mempelajari kebijakan publik di India.
Bahkan sebelum pandemi, akses layanan kesehatan di India juga parah dan banyak masalah.
Di India, warganya membayar sekitar 63 persen biaya pengobatan mereka sendiri. Itu tipikal banyak negara miskin dengan layanan pemerintah yang tidak memadai.
Data tentang biaya medis pribadi secara global akibat dari pandemi sulit didapat, tetapi di India dan banyak negara lain, perawatan untuk Covid-19 adalah beban tambahan yang sangat besar pada saat ratusan juta pekerjaan menguap begitu saja.
Di India, banyak pekerjaan baru kembali bermunculan saat kota-kota besar kembali dibuka usai pembatasan ketat dan lockdown yang berlangsung dinamis sejak Maret 2020, tetapi para ekonom khawatir tentang hilangnya sekitar 12 juta pekerjaan dengan gaji dan bukan upah. Pekerjaan Sharma sebagai profesional pemasaran adalah salah satunya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Associated Press