Junta Militer Myanmar Umumkan Darurat Militer Lebih Luas di Sebagian Besar Kota Yangon
Kompas dunia | 16 Maret 2021, 05:10 WIBTetapi pengumuman hari Minggu adalah pemberlakuan darurat militer pertama sejak kudeta dan mengindikasikan pengambilalihan upaya pengendalian situasi yang lebih langsung oleh militer daripada polisi.
Pengumuman hari Minggu mengatakan junta, yang secara resmi disebut Dewan Administrasi Negara, bertindak untuk meningkatkan keamanan dan memulihkan hukum dan ketertiban, dan komandan regional Yangon diberikan kekuasaan administratif, peradilan dan militer di bawah komandonya.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Berlakukan Darurat Militer di Yangon, Imbas Perusakan Pabrik China
Perintah tersebut mencakup enam dari 33 kota di Yangon, yang semuanya mengalami kekerasan besar dalam beberapa hari terakhir.
Setidaknya 22 pembunuhan oleh aparat keamanan terjadi di kotapraja Hlaing Thar Yar, kawasan industri dengan banyak pabrik yang memasok industri garmen, penghasil ekspor utama bagi Myanmar.
Beberapa pabrik, banyak di antaranya milik penanam modal asal China dibakar hari Minggu oleh pelaku tak dikenal.
Pembakaran tersebut membuat pengunjuk rasa mendapat teguran dari Kedutaan Besar China, yang pada gilirannya menerima curahan cibiran di media sosial karena mengungkapkan keprihatinan tentang pabrik tetapi tidak menyebutkan puluhan orang yang terbunuh oleh pasukan keamanan Myanmar.
Baca Juga: Sedikitnya 4 orang Ditembak Mati Dalam Protes Anti-Kudeta Hari Minggu di Myanmar
Empat kematian lainnya dilaporkan di kota Bago, Mandalay, dan Hpakant, menurut AAPP dan media lokal.
Para pengunjuk rasa dalam seminggu terakhir mulai mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk membela diri, membakar ban di barikade dan mendorong balik kapan pun mereka bisa melawan serangan sebagai tanggapan atas kekerasan polisi yang makin menjadi-jadi.
Sebuah pernyataan muncul hari Minggu oleh Komite Mewakili Pyihtaungsu Hluttaw, anggota Parlemen terpilih yang tidak diizinkan untuk mengambil kursi mereka, yang menyatakan masyarakat umum memiliki hak hukum untuk membela diri melawan aparat keamanan.
Pyihtaungsu Hluttaw beroperasi di bawah tanah di Myanmar dengan perwakilan di luar negeri, memantapkan dirinya sebagai pemerintah bayangan yang mengklaim sebagai satu-satunya badan perwakilan sah warga negara Myanmar. Organisasi itu dinyatakan junta militer sebagai pengkhianat.
Baca Juga: Seorang Perempuan Ditembak Mati Dalam Sweeping yang dilakukan Polisi Myanmar
Di desa Kyae Nupyin, di kota Launglone, penduduk desa membaca teks Buddhis dan berdoa untuk keselamatan dan keamanan semua orang yang mempertaruhkan nyawa mereka dalam menghadapi respon yang semakin mematikan dari pasukan keamanan.
Daerah di sekitar kota kecil Dawei menjadi hot spot perlawanan terhadap militer. Di jalan pedesaan terdekat, konvoi panjang pengendara sepeda motor membawa pesan protes melalui desa-desa.
Di Dawei sendiri, para pengunjuk rasa membangun barikade dari bebatuan untuk menghalangi polisi di jalan-jalan utama. Pengunjuk rasa kota itu menggelar pawai, baik di pagi maupun sore hari, untuk mencoba menjaga momentum perlawanan berminggu-minggu terhadap kudeta.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV