Ledakan Di Bandara di Yaman, 16 Tewas dan 60 Luka-luka
Kompas dunia | 31 Desember 2020, 01:18 WIBBaca Juga: Uni Emirat Arab Hentikan Visa Baru untuk 13 Negara Islam, Mana Saja?
Rombongan kabinet dalam pesawat tersebut kembali ke Aden dari Riyadh, ibukota Arab Saudi, setelah disumpah jabatan pekan lalu sebagai bagian dari reshuffle menyusul sebuah kesepakatan antara pemerintah Yaman dan kelompok separatis di selatan. Pemerintah Yaman yang diakui oleh dunia internasional menjalankan sebagian besar roda pemerintahan dalam pengasingan di Riyadh selama perang sipil bertahun-tahun.
Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman, Mohammed al-Jaber, menggambarkan serangan tersebut sebagai “aksi teroris pengecut yang menargetkan rakyat, keamanan dan kestabilan Yaman.”
Ia bersikeras, kendati serangan tersebut menimbukan kekecewaan dan kebingungan, kesepakatan damai antara pemerintah Yaman dan kelompok separatis selatan tetap akan dilanjutkan.
Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi yang berada dalam pengasingan di Arab Saudi, mengumumkan perombakan kabinetnya pada awal bulan ini.
Perombakan tersebut dilihat sebagai satu langkah maju demi menutup pertikaian berbahaya antara pemerintahan Hadi dan Dewan Transisional Selatan (STC), kelompok separatis selatan yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UAE). Pemerintahan Yaman yang didukung oleh Arab Saudi tengah berperang dengan para pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran, yang memegang kendali atas sebagian besar kawasan utara Yaman, termasuk ibukota Sanaa.
Menyebut pemerintahan yang baru merupakan bagian dari kesepakatan pembagian kekuasaan antara Hadi yang didukung Arab Saudi dan STC, kelompok payung dari para milisi yang ingin agar Yaman selatan merdeka, seperti yang terjadi sejak 1967 hingga persatuan Yaman di tahun 1990.
Baca Juga: Kemenag: Arab Saudi Stop Visa Umrah untuk Jemaah Indonesia
Ledakan tersebut menggarisbawahi bahaya yang dihadapi pemerintahan Hadi di kota pelabuhan tersebut, yang menjadi lokasi pertempuran berdarah antara tentara pemerintah yang diakui dunia internasional dan kelompok separatis yang didukung UAE.
Tahun lalu, kelompok Houthi menembakkan peluru kendali ke arah parade militer pasukan milisi yang loyal pada UAE di sebuah pangkalan militer di Aden dan menewaskan puluhan orang.
Tahun 2015, Perdana Menteri Yaman saat itu, Khaled Bahah dan anggota pemerintahannya berhasil selamat dalam sebuah serangan peluru kendali di sebuah hotel di Aden, yang dituding telah dilakukan oleh kelompok Houthis.
Yaman, negara termiskin di Arab, dilanda perang sipil sejak 2014, saat pemberontak Houthi Syiah menyerbu kawasan utara dan Sanaa. Tahun berikutnya, koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi dengan memerangi kelompok Houthi dan mempertahankan pemerintahan Hadi berkuasa.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV