> >

Catatan Pandemi di Spanyol: Sistem Jaminan Sosial Gagal Lindungi Ribuan Kaum Manula

Kompas dunia | 17 Desember 2020, 01:44 WIB
Mengenakan alat pelindung diri, dua orang pekerja rumah pemakaman tengah memindahkan jasad seorang manula yang meninggal akibat Covid-19, sementara seorang manula lainnya tengah tidur di sebelahnya di sebuah panti jompo di Barcelona, Spanyol. Foto diambil pada 5 November 2020. (Sumber: AP Photo / Emilio Morenatti)

Kendati begitu, di tengah meningkatnya ketidakpercayaan pada sistem jaminan sosial negara ini, sejumlah warga Spanyol menunjukkan kapasitas akan daya tahan dan daya lenting yang tidak pada tempatnya: melanggar aturan, seperti di banyak tempat lain, muda-mudi yang berkeras tetap ingin berpesta, kabur dari karantina dan menyangkal keberadaan virus, juga pertunjukan sektarianisme politis.

Namun, negara ini juga kemudian kompak bersatu menerima lockdown nasional tanpa kompromi. Selama berminggu-minggu, rakyat Spanyol tinggal di rumah dan mengorbankan ekonomi mereka yang mungkin kerusakannya akan menjadi beban hingga bertahun-tahun ke depan.

Setelahnya, penyebaran virus nyaris berhenti total. Sang perdana menteri pun tersenyum sembari mengumumkan kemenangan terhadap sang virus.

Baca Juga: Putri Kerajaan Spanyol Meninggal Akibat Virus Corona

Namun, rupanya karena tak sabar hendak kembali beroperasi, industri pariwisata lantas melobi pemerintah. Orang-orang bergegas keluar rumah, tak sabar bersua dengan orang-orang terkasih demi membayar waktu yang hilang akibat lockdown. Mereka hendak merayakan datangnya musim panas. Meski akan berbeda dengan musim panas tahun-tahun sebelumnya, tapi paling tidak, ada musim panas!

Tak menunggu lama, penularan virus segera kembali melonjak. Kali ini bahkan menempatkan Spanyol di urutan pertama gelombang kebangkitan virus di Eropa. Lalu tibalah debat para anggota parlemen selama berjam-jam, ribuan protokol untuk segala sesuatu dari dibukanya kembali hotel hingga penanganan layak terhadap jasad Covid-19, juga janji untuk melakukan yang lebih baik. Namun, seiring tahun yang akan segera berakhir, tak ada tes yang terstandarisasi dan efektif, pun sistem pelacakan virus yang diterapkan secara nasional.

Perawat Marta Fernandez mengelus kepala Maria Teresa Argullos Bove (94) yang tengah dirawat akibat terpapar Covid-19 di rumah sakit di Barcelona, Spanyol, 18 November 2020. (Sumber: AP Photo / Emilio Morenatti)

Para politisi menyalahkan para pelanggar peraturan, dan menstigma kaum miskin yang tak mampu mengisolasi diri atau bekerja dari rumah. Beberapa bahkan menyalahkan gaya hidup para imigran.

Para ahli, yang mendesak dilakukannya penyelidikan eksternal dan independen, menuding ini sebagai penyebabnya: terburu-buru hendak mengaktifkan perekonomian, memprioritaskan pembukaan bar dan restoran daripada sekolah dan taman, ditambah penerapan aturan yang ketat di depan publik tapi justru longgar di dalam ruangan.

Baca Juga: Situasi Covid-19 Memburuk, Spanyol Umumkan Keadaan Darurat dan Berlakukan Jam Malam

Tapi apakah ketidakmampuan politik juga berperan? Beberapa pemerintah daerah Spanyol menunjukkan kepicikan yang memalukan, mencoba menghemat uang dengan memotong anggaran bagi perawatan dan dana pelacakan asal virus.

Dan hingga pertengahan Desember, Spanyol mencatat 3.747 kasus infeksi Covid-19 per 100.000 penduduk.

Di penghujung tahun, rakyat Spanyol juga menunjukkan kurangnya kepercayaan pada institusi mereka. Keraguan ini jelas terlihat pada polling resmi yang menunjukkan bahwa 55% rakyat Spanyol curiga pada vaksinasi Covid-19, dan tak ingin buru-buru melakukan vaksinasi. Ha!

.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU