Jalan Panjang Boeing 737 MAX Untuk Kembali Mengudara
Kompas dunia | 23 November 2020, 10:56 WIBMOSES LAKE, KOMPAS.TV – Boeing 737 MAX baru saja kembali diizinkan terbang pada Rabu (18/11/2020). Di balik izin terbang tersebut, ada sekitar 700 pekerja Boeing yang bekerja keras membangun kembali insdustri mereka yang lesu.
Boeing 737 MAX sebelumnya dilarang terbang karena dua insiden mematikan yang terjadi dalam waktu berdekatan. Insiden pertama adalah jatuhnya Boeing 737 MAX yang dioperasikan maskapai Lion Air dari Jakarta menuju Pangkal Pinang, 29 Oktober 2019.
Sedangkan insiden kedua adalah Boeing 737 MAX yang dioperasikan Ethiopian Airlines yang terbang dari Addis Ababa menuju Nairobi pada 10 Maret 2019. Setelah insiden kedua, Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan larangan terbang pada pesawat jenis ini.
Baca Juga: Boeing 737 Max Seperti Milik Lion Air yang Jatuh Diizinkan Terbang Kembali
Kini, setelah FAA mengizinkan Boeing 737 MAX kembali terbang, bisnis mereka tidak serta merta menjadi cerah. Saat ini ada masalah baru yang menghadang semua industri, yakni pandemi Covid-19.
Masa depan Boeing 737 MAX kini ada di tangan hampir 700 karyawan yang bekerja di balik pintu hanggar berwarna abu-abu, negara bagian Washington.
Di dalam hanggar tersebut, pekerja Boeing bekerja keras pada pesawat 737 MAX. Mereka melakukan pemeliharaan, peningkatan perangkat lunak dan sistem seperti yang diamanatkan oleh FAA.
Sedangkan di luar hanggar, para pekerja dengan rompi kuning cerah memeriksa sekitar 240 jet yang disimpan dalam jaringan raksasa di Bandara Internasional Grant County di Moses Lake.
Analis mengatakan, membereskan semua pesawat Boeing yang masih disimpan, sangat penting sebelum mereka melanjutkan produksi.
Baca Juga: Terdampak Covid-19, Boeing Hingga Tahun Depan akan PHK 30.000 Karyawan
Selama parkir di landasan, setiap jet dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk menjaga kondisinya tetap prima. Di antaranya adalah perawatan mesin, roda yang diberi penutup, kaca depan diberikan penghalang sinar matahari, serta generator kecil yang dihidupkan untuk menggerakkan siklus udara segar. Selain itu, listrik juga dialirkan untuk menghidupkan seluruh sistemnya.
"Ini usaha yang sangat besar," kata direktur bandara, Rich Muller, seperti dikutip dari Reuters.
“Tapi persetujuan dari FAA telah memberi mereka kesempatan nyata. Ini benar-benar memberi energi kepada semua orang," tambahnya.
Pekerjaan di Moses Lake adalah strategi yang sedang dilakukan di Boeing untuk melakukan cuci Gudang lebih dari 800 jet 737 MAX. Sekitar 450 dari pesawat itu merupakan milik Boeing. Sedangkan sebanyak 387 lainnya merupakan milik maskapai, sebelum pesawat ini dilarang terbang oleh FAA pada Maret 2019.
Di seluruh dunia, tim Boeing sedang menyusun jadwal pengiriman kepada maskapai penerbangan, yang tahun lalu harus mengurangi jadwal penerbangan mereka.
Maskapai harus menerbangkan pesawat yang sudah tua, karena pesawat 737 MAX mereka harus diperbaiki. Sedangkan proses pengerjaan yang dilakukan Boeing berlarut-larut dan lebih lama dari yang diharapkan maskapai.
Baca Juga: Mengejutkan : Ini Isi Pesan-Pesan Internal Soal Boeing 737 Max Yang Bocor.
"Maskapai penerbangan dan rantai pasokan tidak melihat pengiriman besar hingga 2022. Saat ini, Covid-19 adalah masalah terbesar bagi industri,” kata Arndt Schoenemann, direktur pelaksana pemasok Liebherr-Aerospace Lindenberg.
Maskapai mengatakan akan memakan waktu sekitar dua minggu untuk menyiapkan setiap pesawat untuk diperbaiki, dengan pemeliharaan dan peningkatan perangkat lunak yang diperlukan. Boeing telah mengerahkan tim dari seluruh dunia untuk membantu perusahaan bersiap-siap melakukan pengiriman.
Boeing sedang berdiskusi dengan beberapa maskapai penerbangan, termasuk Southwest, Delta dan Alaska. Mereka berharap dapat melakukan stimulan untuk mendongkrak permintaan akan jet tersebut.
Stimulan ini dapat berupa diskon yang signifikan. Namun para analis memperingatkan, bahwa pemotongan harga terlalu banyak akan dapat mengecewakan pelanggan lain.
737 MAX 8 memiliki memiliki label harga sebesar $AS 122 juta (sekitar Rp 1.7 Triliun). Tetapi sejak lama, label harga resmi ini telah diabaikan pasar, karena persaingan yang ketat. Sebagian besar jet yang dijual secara pribadi, berharga jauh lebih rendah daripada harga resmi, yaitu sekitar 50% di bawah harga resmi. Bahkan menurut Reuters, MAX mungkin bisa mendapat diskon lebih banyak lagi.
Saat ini, yang juga membuat masa perbaikan menjadi lebih lama adalah inspeksi dari FAA. FAA rencananya akan melakukan inspeksi langsung pada masing-masing 450 pesawat Boeing 737 MAX. Hal ini berarti perbaikan pesawat bisa memakan waktu hingga satu tahun.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV