Perayaan Diwali Tahun Ini Sungguh Berbeda
Kompas dunia | 14 November 2020, 23:42 WIBNEW DELHI, KOMPAS.TV – Lebih dari 1 milyar warga India merayakan Diwali hari Sabtu (14/11) di tengah ancaman kebangkitan Covid-19 dan meningkatnya polusi udara yang mengepung ibukota India.
Diwali, festival cahaya Hindu, biasanya dirayakan dengan bersosialisasi dan saling bertukar hadiah antar sesama teman dan keluarga, dan menyalakan lampu minyak atau lilin sebagai simbol kemenangan cahaya dari kegelapan. Kembang api juga merupakan bagian dari perayaan Diwali.
Baca Juga: Keluarga Kamala Harris di India Berencana Menghadiri Pelantikan Presiden di Amerika Serikat
Namun tahun ini, pandemi Covid-19 membuat perayaan Diwali berbeda, terutama di ibukota India, New Delhi, yang pada beberapa pekan belakangan mengalami lonjakan kasus infeksi penularan Covid-19.
Seperti dilansir dari Associated Press, Sabtu (14/11), kuil-kuil di seantero negeri menggelar upacara sembahyang secara daring untuk menghindari kerumunan massa. Di New Delhi, warga yang khawatir menggelar perayaan secara sederhana. Sejumlah warga bahkan memilih tinggal di rumah dan tidak mengunjungi teman atau sanak keluarga.
“Ini bukan Diwali seperti biasanya,” ujar Vishwas Malik (47), seorang profesor di New Delhi. “Acara bertukar hadiah tidak banyak dan kami tidak saling berinteraksi. Kami juga tidak saling mengunjungi rumah masing-masing karena takur tertular virus.”
Baca Juga: India Tembus Lebih dari 7 Juta Kasus Virus Corona
Dalam upaya mendorong warga untuk tinggal di rumah, Ketua menteri New Delhi, Arvind Kejriwal, juga beberapa orang Dewan Menteri, menggelar upacara sembahyang di sebuah kuil besar yang disiarkan di televisi dan media sosial.
Kejriwal menyatakan, pekan lalu kasus penularan infeksi corona meningkat tajam akibat memburuknya polusi udara. Ia menganjurkan agar orang-orang tidak menyalakan petasan pada perayaan Diwali agar tidak memperburuk kualitas udara. Petasan kerap menjadi penyebab makin buruknya polusi udara di New Delhi.
Saat ini, hubungan antara polusi udara dan memburuknya kasus Covid-19 memang masih berupa teori. Namun sejumlah peneliti menyatakan, sebagai faktor tambahan selain penggunaan masker, pembatasan sosial, kepadatan penduduk dan suhu, udara yang kotor juga seharusnya dianggap sebagai salah satu elemen utama dalam penularan virus corona.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV