Pintu Kereta LRT Jabodebek Masih Belum Pas dengan Pintu Stasiun di Hari Jokowi Lakukan Uji Coba
Ekonomi dan bisnis | 3 Agustus 2023, 12:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Joko Widodo ternyata mengikuti uji coba LRT Jabodebek dalam keadaan pintu kereta yang belum sejajar dengan pintu stasiun tempat pemberhentian LRT. Hal itu diungkap oleh Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, yang juga mengikuti uji coba LRT pada Kamis (3/8/2023).
“Dari awal mulus, cuma pas berhenti di Dukuh Atas ada sedikit hambatan tapi masih bisa diperbaiki lah. Untuk mengepaskan pintu keluarnya yang masih perlu pembenahan,” kata Djoko saat diwawancara Presenter Kompas TV Glenys Octania dalam Breaking News Kompas TV, Kamis (3/8).
Namun, Djoko memang menaiki kereta LRT yang berbeda dengan yang ditumpangi Jokowi bersama para menteri dan rombongan. Djoko yang sudah beberapa kali menjajal LRT Jabodebek itu menilai, secara umum operasionalnya sudah semakin diperbaiki.
Kata dia, makin banyak digunakan penumpang, maka LRT Jabodebek termasuk para pekerjanya akan semakin terbiasa. Pengelola bisa memperbaiki yang ada kekurangannya. Ia memberi catatan perlunya fasilitas untuk penumpang disabilitas dan untuk kondisi darurat.
“Apalagi LRT ini kan layang, sehingga semua masyarakat bisa melihat oeprasionalnya. Perlu adanya simulasi kalau kondisi terjadi musibah seperti apa, sebelum nanti operasional secara keseluruhan,” tutur Djoko.
Adapun soal pintu kereta LRT yang tidak sejajar dengan pintu pemberhentian di stasiun sebelumnya diungkap oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wiroatmodjo. Ia mengatakan, pihaknya sempat menerima keluhan dari Siemens yang mengembangkan software untuk LRT Jabodebek.
Baca Juga: Jokowi Jajal LRT Usai Ramai Disebut Salah Desain: Aman dan Nyaman
Pria yang akrab disapa Tiko itu menjelaskan, perbedaan spesifikasi membuat kereta itu tidak bisa berada sejajar dengan pintu stasiun saat berhenti.
Akhirnya software yang dibuat Siemens untuk mengoperasikan LRT diperbaiki untuk mensejajarkan pintu kereta dan pintu stasiun, yang otomatis menambah biaya lagi.
"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. 'Pak ini software-nya naik cost-nya' 'Kenapa?' 'Spek kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain'," kata Tiko dalam acara "InJourney Talks" di Jakarta, Selasa (1/8/2023).
"Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa men-capture berbagai macam dari spek itu," lanjutnya.
Proses itu pun perlu waktu berbulan-bulan, untuk memastikan keamanan dan keselamatan penumpang saat naik dan turun LRT Jabodebek.
Penyempurnaan software inilah juga yang membuat uji coba LRT Jabodebek untuk masyarakat umum diundur. Dari yang harusnya akhir Juli jadi awal Agustus. Pihak LRT pun belum menginfokan tanggal pastinya.
Baca Juga: KAI Turunkan Kapasitas Penumpang Bersubsidi dengan Tiket Tanpa Tempat Duduk Menjadi 120 Persen
Tiko mengungkap, masalah soal spesifikasi dan software itu bisa terjadi lantaran tidak ada integrator dalam proyek LRT Jabodebek.
Ia menerangkan, ada enam proyek dalam LRT Jabodebek. Diantaranya PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengerjakan prasarana seperti rel, jembatan, dan stasiun Kemudian pembuatan kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, dan sistem persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).
Seharusnya ada integrator yang mengkoordinasikan seluruh pengerjaan proyek agar bisa selaras.
"Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan, mundurnya uji coba LRT Jabodebek untuk masyarakat umum bukan disebabkan masalah pada sistem kereta tersebut.
Ia menyatakan, hal itu dilakukan untuk menyiapkan semua aspek LRT Jabodebek sudah siap dioperasikan. Erick menyebut, pemeriksaan LRT Jabodebek dilakukan oleh konsultan internasional.
Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Ada Salah Desain LRT Jabodebek, Semua Komponen Proyek Berjalan Liar
"Konteksnya jadi harus mundur uji coba untuk publik. Tapi apa itu ada problem yang di sistem kereta api? Enggak. Itu kan pakai Siemens (sistem software), konsultannya juga dari Inggris, ini lagi saling ngobrol, kan enggak apa-apa, saling cek," tutur Erick kepada wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (1/8).
Erick mengatakan, adalah hal yang wajar jika sebuah proyek besar dilakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum beroperasi secara komersial.
Apalagi, LRT Jabodebek berjalan tanpa masinis. Ia pun menegaskan, keterlibatan Siemens pembuat software asal Jerman dan konsultan asal Inggris membuat kualitas LRT Jabodebek makin terjamin.
"Jerman punya sistem kereta api yang luar biasa, Inggris juga punya, boleh dong ngobrol. Ini yang kita dorong, supaya masyarakat terlayani dengan baik. Check and balance itu biasa," ucap Erick.
Baca Juga: Sebut LRT adalah Proyek Pertama, Presiden Jokowi: Kalau Ada Kurang-Kurang Harap Maklum
"Dengan sistem yang sudah dipakai Siemens ini bagus, dan sudah enggak perlu dipertanyakan, di mana-mana pakai Siemens kok. Tapi konsultan dari Inggris-nya ingin cek sekali lagi, ya enggak apa-apa dong, enggak ada yang diumpetin kok, dan ini buat kebaikan masyarakat," sambungnya.
Tadinya, uji coba untuk masyarakat umum akan dilakukan pada 27 Juli, kemudian diundur jadi 29 Juli, dan diundur lagi jadi awal Agustus. Tapi sampai saat ini belum ada tanggal pastinya.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV