> >

Konsumen Thrifting Buka Suara soal Larangan Impor Baju Bekas: Lebih Murah, Kualitas Oke, Size Banyak

Ekonomi dan bisnis | 16 Maret 2023, 14:18 WIB
Aktivitas thrifting atau membeli baju bekas kini semakin digemari masyarakat. Terutama anak muda (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Aktivitas thrifting atau membeli baju bekas kini semakin digemari masyarakat. Terutama anak muda. Ada beragam alasan yang membuat mereka membeli produk fesyen yang diimpor dari sejumlah negara itu. Mayoritas, karena harganya murah dan modelnya bagus.

Mutia (35), seorang pekerja lepas di bidang periklanan, mengaku membeli baju impor bekas karena banyak tersedia dalam ukuran besar. Mutia mengatakan, pakaian dengan size besar mayoritas ada di merek fesyen internasional, sesuai dengan kebutuhannya.

"Soalnya lebih murah. Nyari baju ukuran aku tuh susah ya, lebih gampang beli baju merek luar karena ukurannya ada. Nah merek luar biasanya kan mehong (mahal), lebih murah kalo thrifting," kata Mutia saat dihubungi Kompas TV, Kamis (16/3/2023).

Produk yang ia beli biasanya kaos dan outer, seperti jaket, blazer, dan vest. Mutia biasa membeli produk tersebut lewat online thrift shop. Produk yang ia terima selalu dalam keadaan bersih dan wangi, karena sudah dicuci oleh si penjual.

"Tapi ya tetep dicuci lagi sebelum dipake. Terus desainnya juga lebih ok buat aku," ujarnya.

Baca Juga: Apa Salahnya Baju Bekas Impor sampai Dibakar Begitu?

Terkait aksi pemerintah yang melarang impor baju bekas, Mutia bilang ia setuju dengan hal itu. Tapi ia berharap produk fesyen lokal lebih hanyak tersedia dalam ukuran besar.

"Cuma ya harapannya kalau misal enggak bisa thrifting lagi, ukuran baju dan model baju di Indo nih kalau bisa lebih inklusif sih buat yang plus size kayak aku," ucapnya.

Selain itu, ada juga yang thrifting untuk mendukung hobinya. Ara (23) seorang pegawai honorer di bagian tata usaha sebuah SD negeri, mengaku membeli jaket impor bekas untuk hobinya mendaki gunung.

"Kalau thrifting kaos enggak pernah, belinya jaket gunung. Karena kalau beli baru mahal kan," kata Ara lewat keterangan tertulisnya kepada Kompas TV.

Selain pakaian, konsumen thrifting juga banyak yang mencari sepatu atau tas. Seperti yang dilakukan Nur (28), yang baru saja membeli sepatu impor bekas bersama suaminya. Nur termasuk anak muda yang sering thrifting.

Baca Juga: Kurangi Limbah Melalui Festival Baju Bekas di Blitar

Alasannya, karena kondisinya masuh bagus di atas 80 persen. Meskipun ada kekhawatiran akan kebersihan produk yang ia beli, Nur menyiasatinya dengan mencucinya sampai bersih.

"Biasanya pakai detergen yang ekstra atau yang ada kandungan disinfektannya atau minimal anti bakteri," ujar Ara.

Sebagai konsumen setia thrifting, Nur mengaku kurang setuju dengan larangan impor baju bekas. Ia menilai, larangan itu bisa diberlakukan jika dibarengi dengan peningkatan kualitas industri pakaian lokal.

"Mungkin pemerintah bisa support dengan bantuan/subsidi/pelatihan yang bisa meningkatkan kualitas. Pemerintah juga mungkin bisa memberikan jaminan bahan baku berkualitas yang lebih murah biar cost produksi lebih murah dan sampai dijual ke masyarakat harga setara thrifting tapi kualitas lebih bagus," tuturnya.

Ia menambahkan, thrifting juga ada sisi positifnya untuk negara.

Baca Juga: Pemerintah Akan Musnahkan 900 Bal Pakaian Impor Bekas Senilai Rp20 Miliar di Pekanbaru dan Mojokerto

"Harusnya dari thrifting itu pemerintah kita juga belajar untuk mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang layak guna dan jadi bernilai ekonomi," katanya.

Senada dengan Ara, seorang karyawan bagian marketing bernama Tika (33), juga menilai thrifting bermanfaat untuk lingkungan.

"Mungkin bisa dikaji lagi. Katena thrifting banyak juga berasal dari barang-barang yanh enggak lolos qualitiy control tapi masih oke untuk dipakai," ucap Tika.

 

"Sementara enggak semua produsen bakal jual barang itu di store dan jadinya berakhir di tempat sampah. Jadi bisa mengurangi sampah plus bantu perekonomian," ucapnya.

Baca Juga: Pemerintah Akan Musnahkan 900 Bal Pakaian Impor Bekas Senilai Rp20 Miliar di Pekanbaru dan Mojokerto

Para konsumen baju impor bekas ini juga menilai, sebenarnya masih banyak hal lain yang harusnya diurus pemerintah.

"Lagian masih banyak krusial lain yang lebih penting diatur pemerintah daripada sekedar baju bekas," ucap Nur.

Bagi Ani (40), thrifting akan tetap digemari karena diminati konsumen. Ia justru meminta pemerintah memikirkan hal lain yang lebih penting.

"Pemerintah mending urusin koruptor aja deh yang bener, enggak usah ngurusin recehan begini," ujarnya. 

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU