Konsumen Thrifting Buka Suara soal Larangan Impor Baju Bekas: Lebih Murah, Kualitas Oke, Size Banyak
Ekonomi dan bisnis | 16 Maret 2023, 14:18 WIB"Biasanya pakai detergen yang ekstra atau yang ada kandungan disinfektannya atau minimal anti bakteri," ujar Ara.
Sebagai konsumen setia thrifting, Nur mengaku kurang setuju dengan larangan impor baju bekas. Ia menilai, larangan itu bisa diberlakukan jika dibarengi dengan peningkatan kualitas industri pakaian lokal.
"Mungkin pemerintah bisa support dengan bantuan/subsidi/pelatihan yang bisa meningkatkan kualitas. Pemerintah juga mungkin bisa memberikan jaminan bahan baku berkualitas yang lebih murah biar cost produksi lebih murah dan sampai dijual ke masyarakat harga setara thrifting tapi kualitas lebih bagus," tuturnya.
Ia menambahkan, thrifting juga ada sisi positifnya untuk negara.
Baca Juga: Pemerintah Akan Musnahkan 900 Bal Pakaian Impor Bekas Senilai Rp20 Miliar di Pekanbaru dan Mojokerto
"Harusnya dari thrifting itu pemerintah kita juga belajar untuk mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang layak guna dan jadi bernilai ekonomi," katanya.
Senada dengan Ara, seorang karyawan bagian marketing bernama Tika (33), juga menilai thrifting bermanfaat untuk lingkungan.
"Mungkin bisa dikaji lagi. Katena thrifting banyak juga berasal dari barang-barang yanh enggak lolos qualitiy control tapi masih oke untuk dipakai," ucap Tika.
"Sementara enggak semua produsen bakal jual barang itu di store dan jadinya berakhir di tempat sampah. Jadi bisa mengurangi sampah plus bantu perekonomian," ucapnya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Musnahkan 900 Bal Pakaian Impor Bekas Senilai Rp20 Miliar di Pekanbaru dan Mojokerto
Para konsumen baju impor bekas ini juga menilai, sebenarnya masih banyak hal lain yang harusnya diurus pemerintah.
"Lagian masih banyak krusial lain yang lebih penting diatur pemerintah daripada sekedar baju bekas," ucap Nur.
Bagi Ani (40), thrifting akan tetap digemari karena diminati konsumen. Ia justru meminta pemerintah memikirkan hal lain yang lebih penting.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :