Dampak Invasi Rusia ke Ukraina terhadap Komoditas Energi di Indonesia
Ekonomi dan bisnis | 26 Februari 2022, 06:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) Anggawira mengatakan, prospek saham-saham batu bara dalam jangka pendek akan positif akibat adanya efek ganda dari invasi Rusia ke Ukraina.
“Pertama dari harga batu bara dunia yang kian terusulut akibat adanya agresi militer di kawasan Eropa Timur tersebut,” ucapnya, Jumat (25/02/2022) lewat siaran persnya.
Diketahui, harga komoditas batu bata mencetak rekor tertinggi tahun ini seiring dengan invasi Rusia ke wilayah Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Harga baru bara diperdagangkan hingga ke level USD270 per metrik ton.
Bursa ICE Newcastle mencatat penguatan harga komoditas batu bara terjadi untuk kontrak Maret dan April. Emas hitam diperdagangkan pada level USD270 per metrik ton untuk kontrak Maret. Harga ini naik drastis 32,85 basis poin atau 16,93 persen dari hari sebelumnya.
Anggawira berharap, kondisi ini dapat menjadi momentum terutama bagi seluruh pemasok batu bara untuk penguatan harga dan meningkatkan produktivitas.
Baca Juga: China Ogah Sebut Serangan Rusia ke Ukraina sebagai Invasi, Ini Alasannya
"Tentu saja jika kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh pengusaha atau pemasok batu bara bukan saja swasta yang mendapat durian runtuh, namun negara juga secara otomatis ke depan PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) akan meningkat," tuturnya.
Keuntungan lainnya, disebutkan Anggawira adalah aktivitas ekspor batu bara para perusahaan tambang RI diperkirakan tidak akan terganggu lantaran 98 persen ekspor batu bara RI menyasar Asia Pasifik.
"Dengan adanya situasi ini, pasti akan ada kekosongan yang tidak bisa dipenuhi untuk permintaan batu bara secara global. Dan hal ini harus di eksplorasi oleh Indonesia untuk meningkatkan ekspor batu bara," ujarnya.
Mengingat, Rusia menguasai 18 persen pasar ekspor batu bara global. Volume ekspor batu bara Rusia pada 2020 mencapai 198 juta ton senilai USD12,4 miliar.
Krisis tersebut kemudian dipandang dapat memicu negara konsumen mengalihkan batu bara sebagai sumber energi. Tingginya permintaan yang tidak ditopang dengan pasokan memadai menyebabkan harga emas hitam terus menguat.
“Kondisi ini langka, jangan sampai kita tidak bisa memanfaatkan. Ekspor batu bara saat ini sangat berpotensi, namun jangan lupa kebutuhan batu bara dalam negeri kita harus tetap terpenuhi," pungkasnya.
Pada tahun ini Indonesia menargetkan bisa memproduksi batu bara mencapai 663 juta ton. Produksi tersebut di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 165,7 juta ton dan sisanya 497,2 juta ton untuk mengisi pasar ekspor.
Baca Juga: Mulai Hari Ini, Pemerintah Izinkan Ekspor Batu Bara Perusahaan yang Penuhi DMO
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV