> >

Haul Gus Dur Ke-12: Bangkit Bersama dengan Bahagia

Advertorial | 4 Januari 2022, 13:09 WIB
Putri kedua sekaligus Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-12, Yenny Wahid. (Sumber: Tangkapan layar Youtube TVNU)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Peringatan Haul ke-12 kembali digelar untuk mengenang kepergian Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Kamis, (30/12/2021).

Oleh keluarga, Haul Gus Dur ke-12 diselenggarakan di empat titik, yakni di kediaman keluarga di Ciganjur, Jakarta Selatan, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur, Peace Village Yogyakarta, dan Kedutaan Besar Indonesia di Berlin, Jerman.

Haul diisi dengan khatmil Quran, Yasin, tahlil, doa, dan pertunjukan dari para komedian Indonesia. Meski berbeda dengan masa sebelum pandemi Covid-19 di mana ribuan massa berdesakkan di kediaman Gus Dur, Haul Gus Dur tetap ramai dengan testimoni dari mereka yang mengenal Gus Dur.

Dari pemerintah sampai oposisi, artis terkenal hingga pedagang kecil, dubes-dubes Timur Tengah hingga mantan tokoh Papua merdeka, semua memberi kesaksian tentang Gus Dur. Menunjukkan bahwa Gus Dur mampu menyentuh banyak kalangan.

Selain itu, Haul Gus Dur juga dimeriahkan oleh kehadiran sejumlah tokoh nasional, tamu undangan yang hadir secara langsung namun terbatas, serta masyarakat yang ikut menyaksikan secara daring.

Di antaranya adalah santri-santri dari Pondok Pesantren Lirboyo, para pecinta Gus Dur, Erick Thohir, hingga Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya. Rangkaian acara Haul Gus Dur ke-12 terbuka secara daring untuk umum.

Tahun ini, Haul Gus Dur mengusung tema “Bangkit Bersama dengan Bahagia”. Putri nomor dua Gus Dur, Yenny Wahid mengatakan, tema  ini diangkat untuk mengajak masyarakat bangkit setelah keterpurukan akibat pandemi, baik dari sisi mental, sosial, hingga ekonomi.

“Kita sama-sama tahu dunia sedang merasakan Covid-19. Banyak yang kehilangan sanak saudara, pekerjaan, waktu berinteraksi dengan yang lain,” katanya dalam Haul Gus Dur ke-12 yang disiarkan langsung di KompasTV.

Yenny menggaris bawahi pentingnya kehadiran humor khas Gus Dur dalam kondisi seperti ini. Salah satu kelebihan Gus Dur, kata Yenny, yaitu dapat membuat banyak orang bahagia lewat guyonan.

Menertawakan diri sendiri bahkan menjadi kelebihan sosok Presiden RI ke-4 yang tidak pernah menganggap dirinya istimewa itu.

“Untuk bisa menghadapi hal-hal yang seperti ini diperlukan imunitas yang tinggi, salah satunya dengan bahagia. Kalau hati sudah bahagia, insya Allah imunitas meningkat. Tertawa itu adalah salah satu kekuatan besar Gus Dur. Gus Dur menghadapi semua masalah, konflik, ketegangan dengan tertawa,” ungkap Yenny Wahid.

Untuk itu, Haul Gus Dur ke-12 mengajak masyarakat Indonesia untuk bangkit bersama dengan bahagia. Ini sejalan dengan cara pandang Gus Dur yang berakar dari nilai di dalam Alquran, “Allahumma yassir wala tu'assir” yang berarti “Mudahkan jangan dipersulit”.

Bagi Gus Dur yang terkenal dengan kalimat “Begitu saja kok repot?”, humor menjadi jalan menyampaikan kritik politik dan satire.

Sebelum panggung stand up comedy Indonesia ramai digunakan untuk beropini, Gus Dur terlebih dahulu memilih jalan humor untuk menegakkan nilai-nilai yang ia percayai.

Bagi anak-anak dan para pecintanya, humor menjadi hal yang hilang dan paling dirindukan setelah kepergian Gus Dur.

Menghidupkan nilai Gus Dur

Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya, mengajar masyarakat untuk "menghidupkan Gus Dur". (Sumber: KompasTV)

Perlawanan tidak selalu harus ditunjukkan dengan serius. Nyatanya, Gus Dur menunjukkan bahwa perlawanan bisa dilakukan melalui humor.

Di samping itu, perjuangan melalui jalan humor tidak hanya bisa menghasilkan kritik politik, tetapi juga hiburan dan kebahagiaan bagi banyak pendengarnya.

Budayawan sekaligus penulis buku Jejak Guru Bangsa, M. Sobary menuturkan, bagi Gus Dur yang juga dikenal dengan nama Ad-Dakhil atau “Sang Penakluk”, humor merupakan jalan keluar persoalan.

Namun bagi orang-orang mapan yang bercokol dalam Orde Baru saat itu, humor Gus Dur dianggap sebagai ancaman dan pemberontakan.

Humor itu lah yang kini dianggap hilang. Sobary menilai, selepas kepergian Gus Dur, sulit mencari orang yang dapat menggantikan sosoknya.

“Sekarang ini kita agak lupa. Dunia politik keagamaan dikuasai orang-orang yang tidak bisa tertawa. Saya merasa jenuh dan kita rindu pada Gus Dur yang menghadapi persoalan seserius apa pun selalu ada tertawanya,” ucap Sobary.

Baca Juga: Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf: Mari Kita Bangun Gerakan Menghidupkan Gus Dur

Dalam perjalanannya, Gus Dur dikenang sebagai pejuang hak untuk kaum terpinggirkan dan minoritas yang tertindas. Dengan demikian, Gus Dur dikenal sebagia “Bapak” dari banyak kelompok.

Perjuangan Gus Dur dalam memberikan kesetaraan, menjunjung tinggi toleransi, dan mempererat kesatuan kemudian menjadi bagian dari tonggak sejarah Indonesia.

Hal ini sejalan dengan salah satu kutipan Gus Dur, “Humor itu mungkin tidak bisa menghancurkan satu rezim, tetapi bisa membantu membusukkan suatu rezim.”

Kritis pada kekuasaan yang dilakukan oleh Gus Dur tetap berpijak untuk kemaslahatan umat. Kritik disampaikan dengan jenaka, sehingga tak heran banyak musuh politik Gus Dur yang akhirnya menjadi dekat.

Ini lah yang kemudian ingin kembali dihidupkan. Meski telah tiada, sembilan nilai Gus Dur, yaitu ketauhidan; kemanusiaan; keadilan; kesetaraan; pembebasan; kesederhanaan; persaudaraan; kesatriaan; dan kearifan, masih sangat relevan sehingga perlu diteruskan.

Apa yang diusung oleh Gus Dur, menurut keluarga, merupakan nilai yang universal dan masih relevan hingga sekarang.

Oleh sebab itu lah Haul Gus Dur diperingati setiap tahun. Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid menegaskan, Haul Gus Dur semata-mata bukan hanya mengingat kepergian Gus Dur, tetapi juga menjadi pengingat bagi yang hidup untuk meneruskan perjuangannya.

“Haul itu seyogyanya bukan hanya untuk apa namanya memperingati meninggalnya seseorang, tapi bagaimana seseorang itu hidup dan kemudian dijadikan inspirasi untuk kemudian diteruskan,” ucapnya.

Baca Juga: Mengenang KH Abdurrahman Wahid, Benny Susetyo: Gus Dur Selalu Total Jaga Perdamaian

Dalam kesempatan yang sama, santri dan kader Gus Dur, Gus Imron Rosyadi Hamid memberikan kesaksian tentang Gus Dur yang mereka kenal.

“Humor Gus Dur mencari solusi atas problem bangsa yang bisa menurunkan ketegangan-ketegangan. Ungkapan ‘gitu saja kok repot’ adalah bagian dari cara beliau untuk melakukan resolusi konflik tanpa mengurangi esensi dari pikiran-pikiran beliau,” jelasnya.

Ketua PBNU Gus Yahya yang turut hadir di Ciganjur mengajak semua orang meneruskan nilai-nilai Gus Dur. Meski Gus Dur telah tiada, perjuangannya dalam menegakkan kemanusiaan dan mengembalikan NU ke fitrah harus tetap hidup.

“Idealisme Gus Dur adalah idealisme kemanusiaan inklusif dan universal, bahwa kita sebagai manusia harus berpihak keapda manusia tanpa terkecuali tanpa latar belakang apa pun. Kita punya peluang untuk menghadirkan kembali apa yang dulu dihadirkan Gus Dur apabila mengupayakannya bersama,” terang Gus Yahya.

“Kalau tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikan Gus Dur, mari sediakan seribu orang unutk bekerja seperti Gus Dur. Kalau belum cukup, kita hadirkan sejuta. Kalau belum cukup, kita ajak seluruh umat manusia,” pungkasnya.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU