> >

Mutasi Virus Masih Bisa Terjadi, Masyarakat Diimbau Tidak Lepas Masker

Advertorial | 1 September 2021, 12:30 WIB
Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) KPCPEN bertajuk Dialog Semangat Selasa, Selasa (31/8/2021). (Sumber: Dok. KPCPEN)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Penanganan kasus Covid-19 telah menunjukkan perkembangan. Positivity rate saat ini menunjukkan angka cukup rendah, yaitu 12,3 persen. Kendati demikian, mutasi virus masih bisa terjadi jika masyarakat tidak taat protokol kesehatan (prokes).

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Covid-19 Dr. Sonny Harry B Harmadi mengatakan, positivity rate masih harus diturunkan di bawah 5 persen. Pasalnya, lonjakan kasus di negara-negara lain seringkali terjadi ketika penerapan protokol kesehatan dilonggarkan.

“Mutasi virus baru muncul ketika terjadi lonjakan kasus. Varian baru virus ini berpotensi mengganggu efektifitas vaksin. Karena itu, kita harus berupaya agar lonjakan kasus tidak terjadi, dengan cara mempertahankan protokol kesehatan,” katanya dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) KPCPEN bertajuk “Dialog Semangat Selasa”, Selasa (31/8/2021).

Sejalan dengan itu, Presiden Joko Widodo sendiri telah mengumumkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali, Senin (30/8/2021). Kebijakan ini akan berlaku selama sepekan sejak 31 Agustus 2021 hingga 6 September 2021.

Baca Juga: Pemerintah Perpanjang PPKM Level 3 Hingga 6 September 2021

Meski diperpanjang, namun terdapat penyesuaian agar kegiatan sosial masyarakat bisa tetap berjalan. Dalam hal ini, penerapan prokes secara disiplin pada semua sektor menjadi perhatian pemerintah.

Tak hanya itu, upaya testing, tracing, treatment (3T) terus digencarkan seiring percepatan vaksinasi. Kolaborasi semua pihak termasuk masyarakat menjadi sangat signifikan dalam pengendalian kasus.

“Kita berharap, masyarakat tidak sekadar patuh, melainkan sadar bahwa protokol kesehatan itu perlu. Saat ini tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya protokol kesehatan mencapai 60%,” tegasnya.

Untuk itu, kata Sonny, kewaspadaan tetap dibutuhkan. Penggunaan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak harus menjadi kebiasaan baru masyarakat Indonesia.

Gerakan Pakai Masker

Untuk memonitor perubahan perilaku masyarakat, Satgas Covid-19 merangkul lebih dari 115 ribu Duta Perubahan Perilaku di seluruh Indonesia.

Bersama TNI dan Polri, para Duta Perubahan Perilaku melakukan evaluasi dan melaporkan kondisi di lapangan kepada Satgas Covid-19.

Gerakan ini bertujuan membantu pemerintah dalam memotivasi masyarakat, untuk selalu memakai masker dan menyempurnakannya dengan protokol kesehatan lainnya, seperti mencuci tangan dan menjaga jarak.

Salah satu Duta Perubahan Perilaku adalah dr. Grace Hananta, C.Ht yang juga menjabat sebagai Campaign Director Gerakan Pakai Masker (GPM).

Baca Juga: Siswa Jalani Hari Pertama PTM dengan Prokes

Dalam upaya edukasi menggunakan masker ini, dr. Grace juga menekankan pentingnya melakukan ajakan dengan cara yang nyaman dan menyenangkan, khususnya kepada generasi muda.

“Kita harus tunjukkan seberapa hebat kita bisa terus sadar mengenakan masker. Inti ajakan dari GPM adalah pokoknya pakai masker dulu. Masker apapun jenisnya. Kita harus sadar, bahwa sekarang mengenakan masker itu seperti halnya kita mengenakan baju,” ujar dr. Grace.

Sementara itu, pelaku seni, Jeremy Teti menambahkan, saat ini masker berkembang menjadi salah satu fashion item.

“Jadi tidak perlu merasa penampilan kita berkurang, karena mengenakan masker. Masker justru bisa meningkatkan fashion. Dengan masker, kita punya penampilan yang sehat, penampilan yang prokes,” katanya.

Jeremy juga mengingatkan pentingnya mengenakan masker secara benar, khususnya bagi orang dengan mobilitas tinggi. Selain masker, lanjutnya, membersihkan diri juga mutlak dilakukan sebelum memasuki rumah untuk perlindungan keluarga.

Public figure punya tanggung jawab moral menjadi role model (tokoh panutan) orang-orang sekitarnya. Kita harus mencontohkan protokol kesehatan yang benar. Selain itu, memotivasi dan meyakinkan masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin,” ujar Jeremy.

Pada kesempatan tersebut, ketiga narasumber mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak dalam euforia pascapenurunan level PPKM di Jawa Bali.

Perbaikan situasi Covid-19 tidak boleh membuat kita lengah, melainkan harus tetap disikapi dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU